Cerita Yang Tidak Lucu

Temanku Junaidi


Ketika aku SD, aku punya teman namanya Junaidi. Aku saat SD di kota Jombang Jawa Timur. Aku biasa memanggil Junaidi dengan sebutan Juned. Juned adalah teman yang baik, tidak pernah menggangguku, dan tergolong pendiam, kulitnya bersih dan selalu rapi dalam berpakaian. Aku tidak akrab dengan Juned, karena tempat duduknya jauh dariku.



Pada suatu hari tanteku mengajak aku ke rumah teman beliau. Kami naik becak. Pada waktu aku kecil, tidak ada angkutan umum seperti bemo, atau sejenisnya. Selain itu sepeda motor juga jarang yang punya. Mungkin pemiliknya adalah orang yang kaya banget. Itulah sebab kami naik becak. Ha ha ha.

Nah..... selama naik becak, aku sangat menikmati pemandangan, aku tengok kiri dan kanan, sampai pada akhirnya becak belok di suatu jalan kecil, nah...... ketika becak yang aku tumpangi melewati jalan kecil itu, e e e aku melihat Juned. Aku panggil dia " Ned, Juned!" Nah.... Juned menoleh kepadaku dan balas memanggilku " Ning!". Tak berapa lama, tanteku berkata kepada abang becak untuk berhenti. Ternyata rumah teman tante ada di depan rumah Junaidi.

Tante menggandeng aku memasuki rumah temannya, sementara aku sesekali masih menengok ke arah Juned. Akhirnya, tanteku mengetok pintu rumah teman beliau dan keluarlah teman tanteku. Subhanallah! Ternyata teman tanteku adalah guruku matematika. Aku langsung lemas dan ingin keluar dari rumah guruku itu. Pada masa aku SD , guru adalah sosok yang agung seperti tak tersentuh, berbeda dengan muridku sekarang yang akrab denganku sebagai guru mereka. Aku melihat guruku dalam pandangan yang berbeda pada masa itu, yang sangat berbeda dengan masa sekarang.

Karena aku merasa tidak nyaman berada di rumah guruku, aku meminta ijin untuk keluar , ke rumah Juned. Tanteku mengijinkan, dan aku keluar. Aku mencari Juned tapi tidak ada. Aku panggil dia "Juned!" ternyata Juned bersembunyi di balik pagar rumahnya yang terbuat dari tembok bata. Juned bertanya kepadaku, " Kamu dengan siapa?" Aku bilang,"Dengan tanteku!" Juned bertanya apakah Pak Pangat adalah pamanku ( Pak Pangat adalah guruku matematika, yang rumahnya aku kunjungi, yang merupakan teman tanteku), aku bilang, "bukan, dia teman tanteku." Tapi sepertinya Juned tidak percaya dengan mengatakan, "Yang benar .......!".


Tiba-tiba tanteku berteriak, "Tining, ayo pulang!" Aku belum selesai berbincang dengan Juned, langsung naik becak dan pulang.


Aku tidak mengingat lagi kejadian itu, karena aku memang tidak akrab dengan Junaidi.


Beberapa tahun kemudian, aku telah menjadi guru di Sidoarjo Jawa Timur, sudah memiliki anak, dan aku menghadiri acara penyembelihan hewan Qurban di sekolah. Saat aku menimbang daging, kepala sekolahku, memanggilku, " Bu Tining, dicari temanmu!" Aku menghentikan pekerjaanku, dan aku mencari siapa teman yang mencariku. Yang aku lihat adalah Ustadz Khoirot guru agama sekolah kami, aku cari siapa yang ada di sebelah Ustadz Khoirot yang tubuh dan wajahnya tertutup pilar gedung sekolah. Aku berjalan menuju pilar dan aku lihat siapa dia. Subhanallah, aku kaget sekali, ternyata Juned. . Aku teriak,"Juned, bagaimana kabarmu?". Juned tidak menjawab pertanyaan saya, malah dia bertanya dengan pertanyaan yang benar-benar membuat aku kaget, " Apakah Pak Pangat guru matematika itu pamanmu?" Masya Allah..................
Kejadian itu kan sudah lama banget, ketika aku masih SD. Dan mengapa yang ditanyakan Pak Pangat? Kok bukan aku (GR, ha ha ha).


Aku bertanya, " Mengapa kok kamu sangat tertarik pada Pak Pangat?" Juned mengulang lagi pertanyaannya, "Apakah Pak Pangat pamanmu?" Aku bilang, "Bukan, Pak Pangat adalah teman tanteku." Dan aku kemudian menceritakan kejadian ketika aku masih SD yang naik becak dan ketemu Juned di depan rumahnya yang juga di depan rumah Pak Pangat, guruku matematika. Aku bertanya kepada Juned," Mengapa kok bertanya tentang Pak Pangat?" Akhirnya Juned menjelaskan, dia benci dengan Pak Pangat, guru matematika kami tersebut, karena Juned pernah ditampar karena nilainya jelek, dan keadaan itu diperparah dengan Juned mengira aku adalah kemenakan Pak Pangat karena setiap ulangan matematika aku selalu dapat seratus. Jadi Juned benci pada Pak Pangat dan mungkin juga benci padaku.


Alhamdulillah aku telah meluruskan salah sangkanya. Dan Juned minta maaf, akupun juga. Aku berkata kepada Juned, " Alhamdulillah ya Jun, aku masih sempat ketemu kamu sebelum kita mati, jadi kesalahpahaman ini bisa selesai, kamu lega aku bukan kemenakan Pak Pangat, jadi kamu dah tidak benci lagi padaku."


Sejak saat itu aku tidak pernah bertemu Juned lagi. Memang Allah telah mengirim dia padaku agar dia tidak salah paham padaku, dan tidak iri pada nilai matematikaku yang selalu seratus adalah hasil kerjaku sendiri, bukan karena aku kemenakan Pak Pangat.
Ya ALLAH , Engkau sungguh bijak dan Maha Mengetahui apa yang tersembunyi.
Ini adalah kekuasaan Allah, yang benar-benar sangat mengagumkan.



Terima kasih Ya Allah.....




Maaf ya Jun......
Aku bukan teman yang baik saat kecil, aku dah melupakan kamu sebenarnya, .... ha ha ha
Jun..... maafkan Pak Pangat. Aku juga tidak tahu bagaimana kabarnya sekarang.
Bila kamu dulu pernah ditampar beliau, maafkan beliau. Setidaknya kamu telah mendapat ilmu darinya. Kalau kamu tidak ditampar Pak Pangat, Allah tidak mempertemukan kita saat hari raya Qurban itu.

Biarlah yang dah berlalu. Ok. Semoga kamu jadi guru yang baik. Oh ya kalo kamu jadi guru to.....
Aku tidak tau kamu jadi apa, karena waktu aku dah jadi guru kamu kan masih kuliah di IAIN.




Pembaca, aku dulu bersekolah di SDN Jombatan III/6 Jombang Jatim tahun 1979-1985.
Bila ada yang mengetahui bagaimana kabar Pak Pangat, beri tau aku ya.......
Pak Pangat baik padaku, sewaktu aku latihan PMR saat SD aku pernah dibelikan es kolang-kaling. Terima kasih, Pak Pangat, jasamu tidak akan kulupakan.