hand out

Belajar adalah suatu aktifitas dimana terdapat sebuah proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti, tidak bisa menjadi bisa untuk mencapai hasil yang optimal.

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.[1] Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur, yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur.
http://id.wikipedia.org/wiki/Belajar

Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman.[1] Definisi sebelumnya menyatakan bahwa seorang manusia dapat melihat perubahan terjadi tetapi tidak pembelajaran itu sendiri.[1] Konsep tersebut adalah teoretis, dan dengan demikian tidak secara langsung dapat diamati:
“ Anda telah melihat individu mengalami pembelajaran, melihat individu berperilaku dalam cara tertentu sebagai hasil dari pembelajaran, dan beberapa dari Anda (bahkan saya rasa mayoritas dari Anda) telah "belajar" dalam suatu tahap dalam hidup Anda. Dengan perkataan lain, kita dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran telah terjadi ketika seorang individu berperilaku, bereaksi, dan merespon sebagai hasil dari pengalaman dengan satu cara yang berbeda dari caranya berperilaku sebelumnya[2].

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.
Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran
Konsep-konsep Psikologi dalam Rangka Pembelajaran
A. Belajar dalam konteks pembelajaran
Belajar karena proses pembelajaran memang lebih terarah dan terkendali daripada belajar karena pengalaman semata-mata. Keterarahan dan keterkendalian ini menurut proses pembelajarn untuk menghadirkan pembelajar atau guru, atau bahan belajar: tercetak seperti modul, terekam seperti kaset audio/video, dan tersiar seperti program radio/tv yang bersifat membelajarkan sendiri. Yang dimaksud membelajarkan sendiri ialah memungkinkan seseorang dapat belajar mandiri tanpa terlalu banyak menggantungkan diri pada orang lain.

B. Pembelajaran dikaitkan dengan perkembangan anak
Ada 3 pakar psikologi terkemuka (Piaget, Erikson, dan Sears dalam Maier: 1978) yang masing-masing meneorikan berturut-turut perkembangan kognitif, perkembangan afektif, perkembangan perilaku.
Perkembangan anak yang diteorikan oleh ketiga pakar tersebut dilandasi oleh asumsi bahwa proses perkembangan bergerak maju sebagai “suatu kesatuan dalam kesinambungan” dengan ciri-ciri:
• Bergerak secara berangsur dalam urutan maju
• Bergerak semakin mantap melalui tahapan urutan maju.
Dalam proses tersebut tercakup proses diferensiasi atau perbedaan dan integrasi atau penyatuan.
Disamping prinsip-prinsip perkembangan yang bersifat umum seperti tersebut dimuka, terdapat prinsip-prinsip yang khas yang diakui untuk masing-masing perkembangan kognitif, afektif dan perilaku, yaitu:

Relevan dengan kecendrungan proses berpikir pembelajar tersebut, Bell Gredler mengidentifikasikan adanya 3 issu pokok dalam pembelajaran, yaitu:
1. Mengembangkan keterampilan “bagaimana belajar”
2. Memberi kemudahan “alih proses belajar”
3. Membelajarkan proses pemecahan masalah
• Perkembangan afektif dan implikasinya terhadap pembelajaran
Perkembangan afektif memiliki pengertian penguatan individualitas seseorang dalam kehidupan sosial yang nyata. Dalam teorinya Erikson menirikberatkan pada saling keterkaitan dari perkembangan biologis, psikologis dan sosiologis dalam perkembangan individu. 5 tahap perkembangan afektif periode kanak-kanak yaitu:
1. Rasa kepercayaan dasar
2. Rasa mandiri
3. Rasa inisiatif
4. Rasa sibuk
5. Rasa jatidiri

Perkembangan perilaku dan implikasinya terhadap pembelajaran
Menurut Sears tujuan setiap individu ditentukan oleh interaksinya dengan orang lain, dan ia dilahirkan dengan kemampuan untuk belajar yang tak terbatas. Asumsinya tentang perilaku yaitu:
1. Perilaku merupakan penyebab dan akibat dari perilaku berikutnya.
2. Perilaku didorong sendiri oleh efek pengurangan ketegaran
3. Perilaku suatu perilaku yang mendahului pencapaian tujuan mendapat penguatan karena perilaku itu diulang sebelum atau sesudah pencapaian tujuan.
4. Semua perilaku yang diperkuat dengan ciri-ciri dorongan setara membentuk sistem motivasi sekunder.
5. Siklus tindakan yang diketahui punya hukum tersendiri dan pola perkembangan adalah berontak, putus asa, ketergantungan dan identifikasi.

Konsep-konsep Sosiologi dalam Rangka Pembelajaran
Dalam sosiologi proses pendidikan atau edukasi disebut proses sosialisasi yang oleh Durkeim diartikan sebagai penyiapan secara metodologis/sistematis para pemuda untuk kehidupan dewasa di masyarakat. Bowditch dan Buono mengemukakan ada 5 kelompok dasar:
1. Kelompok primer atau sekunder
2. Kelompok formal atau informal
3. kelompok heterogen atau homogen
4. kelompok interaktif atau nominal
5. kelompok temporer atau permanen
Secara teoritik telah tersedia berbagai model pembelajaran sosial yang mendasarkan diri pada pengembangan “synergy” (semangat dan kekuatan bersama). Dengan model itu pembelajar menerapkan kiprah kerja sama dalam masyarakat secar simulatif.
Jenis dan ciri-ciri kelompok perlu diperhatikan dalam pembelajaran sosial agar peserta didik dan guru sama-sama dapat menghayati perilaku organizational dalam lingkup persekolahan.
Suherman Erman, Winataputra S. Udin, Strategi Belajar Mengajar Matematika, Universitas Terbuka, Jakarta, 1999.
http://nuri-nuriasah.blogspot.com/2012/01/pemanfaatan-konsep-konsep-psikologi.html

Perkembangan Belajar Anak
Beberapa konsep kognetif yang diteorikan oleh Peaget yakni Adaptasi, Asimilasi, dan akomodasi, ekuilebrasi operasi dan skemata. Adaptasi merujuk pada proses pikiran individu untuk mencari keseimbangan pengetahuan pribadinya yang dipengaruhi oleh lingkungan. Asimilasi merujuk pada proses mental individu untuk menghayati suatu situasi dari sudut cara berpikirnya saat itu. Akomidasi merujuk proses mental individu untuk menyesuaikan konsepsi sebelumnya dengan tuntutan situasi baru, sehingga terbentuk konsep atau cara berpikir baru.
Ekuilebraasi menunjuk pada proses mental dimana individu melakukan serangkaian proses adaptasi atau proses asimilasi dan akomodasi dengan cara memanfaatkan umpan balik atau feedback dan umpan maju atau feedforwod. Operasi menunjuk pada proses mental yang berkenaan dengan pemahaman tindakan yang lebih bersifat simbolik dari pada teralami (experiential). Contohnya : mengurutkan, mengelompokkan, membuat rangkaian, memberi nomor dan menggabungkan, sedangkan skemata menunjuk kepada segala sesuatu yang bersifat pikiran dan prilaku yang dapat disimpan dan diulang serta digeneralisasikan dalam tindakan. Skemata merupakan alat berpikir dimana kita menyimpan, mengatur dan menggunakan kembali apa-apa yang kita pelajari.

Bagaimana memanfaatkan teori Peaget dalam pembelajaran? Jika dilihat dengan menggunakan teori Peaget Pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan rekayasa prilaku untuk merangsang, memeliharan, dan meningkatkan terjadinya proses berpikir pembelajaran.

Proses perangsang, pemeliharaan, dan peningkatan proses berpikir ini tentu harus sesuai dengan pentahapan perkembangan kognitif. Piaget (Bell – Gredler, 1986 : 205) membagi perkembangan kognitif atas empat (4) tahap yaitu :

1. Periode Sensori motor usia, lahir è 11/2 – 2 tahun,
2. Periode Pra operasional, 2 – 3 sampai dengan 7 – 8 tahun,
3. Periode Operasional konkrit, usia 7 – 8 sampai dengan 12 – 14 tahun,
4. Periode Operasional formal, usia di atas 14 tahun.

Dilihat dari periodisasi perkembangan berpikir pebelajar usia 7 – 8 sampai dengan 12 – 14 tahun secara teoritis berada pada bagian akhir periode operasional konkrit dan awal operasional formal. Jadi pada transisi kedua periode tersebut. Periode operasional konkret ditandai oleh terjadinya cara berpikir logis, yang dikaitkan dengan objek nyata, sedangkan periode operasional formal ditandai antara lain oleh kemampuan berpikir logis dalam berbagai situasi termasuk situasi hipotesis.

Dengan dasar ini pembelajaran matematika diarahkan pada perangsangan, dan memelihara sambil meningkatkan cara berpikir logis yang terkait pada obyek nyata ke arah berpikir logis – hipotetis.

Relevan dengan kecenderungan proses berpikir pembelajaran Bell Gredler (1986 : 223 – 224) mengidentifikasi adanya tiga unsur pokok dalam pembelajaran, yaitu :

1. Mengembangkan keterampilan ”Bagaimana Belajar” atau ”How-to Learn Skill”
2. “Memberi kemudahan ”alih proses belajar” atau ”Transfer of Learning”
3. “Membelajarkan proses pemecahan masalah” atau Teaching Problem Solving”

Keterampilan bagaiman belajar menunjuk pada kemampuan pebelajar untuk memahami sesuatu dan menggunakannya untuk menggali lebih jauh yang dipelajarinya itu. Oleh proses belajar menunjuk pada proses penerapan hasil belajar sebelumnya dalam situasi yang lain. Sedangkan pemecahan masalah pada proses pemanfaatan skemata atau apa-apa yang telah ada dalam pikiran pebelajar untuk mengatasi situasi baru.
http://wiki.bestlagu.com/education/174742-data-beberapa-ahli-penemu-riset-tentang-matematika.html

POLA-POLA PERKEMBANGAN AFEKTIF PADA MANUSIA
Seorang ahli teori psikoanalisa dan sekaligus seorang pendidik, erik h. mengemukakan bahwa pekembangan manusia adalah sinfesis dari tugas-tugas perkembangan dan tugas-tugas sosial.
Bayi yang kebutuhanya terpenuhi wktu ia bangun,keresahannya segera terhapus, selalu dibuai dan diperlakukan sebaik-baiknya,diajak maindan bicara, akan tumbuh perasaannya bahwa dunia ini tempat yang aman dengan oranh-orang di sekitarnya yang selalu bersedia menolomg dan dapat dijadikan tempat ia menggantungkan nasib.
Dimensi autonomy ini timbulnyakarena adanya kemampuan moyoris dan mental anak. Pada saat ini bukan hanya berjalan, tetapi juga memanjat, menutup-membuka menjatuhkan, menarik dan mendorong, memegang dan melepaskan. Anak sangat bangga dengan kemampuannya ini dan ia ingin melakukan sendiri hal-hal yang sesuai dengan kemampuannya menurut langkah dan waktunya sendiri. Anak kemudian akan mngembangkan perasaannya bahwa ia dapat mengendalikan otot-ototnya, dorong-dorongannya, serta mengendalikan diri dan lingkungannya.
Jika orang dewasa yang mengasuh dan membimbing anak tidak sabar dan selalu membantu mengerjakan segala sesuatu yang sesungguhnya dapat dikerjakan sendiri oleh anak itu, maka akan tumbuh pada anak itu rasa malu-malu dan ragu-ragu. Orang tua yang terlalu melindungi dan selalu mencela hasil pekerjaan anak-anak, berarti telah memupuk rasa malu dan ragu yang merlebihan sehingga anak tidak dapat mengendalikan dunia dan dirinya sendiri.
Pada masa ini anak sudah menguasai badan dan geraknya. Ia dapat mengendarai sepeda roda tiga, dapat lari, memotong. Inisiatif anak akan lebih terdorong dan terpupuk bila orang tua memberi respons yang baik terhadap keinginan anak untuk bebas dalam melakukan.
Anak mulai mampu berfikir dedukatif, bermain dan belajar menurut peraturan yang ada. Dimensi psikososial yang muncul pada masa ini adalah sense of inferiority. Anak didorong untuk membuat, melakukan dan mengerjakan dengan benda-benda yang praktis. Dan mengerjakannya sampai selesai sehingga menghasilkan sesuatu. Berdasarkan hasilnya mereka dihargai dan dimana perlu diberi hadiah. Dengan demikian rasa/sifat ingin menghasilkan sesuatu dapat dikembangkan. Pada usia sekolah dasar ini dunia anak bukan hanya lingkungan rumah saja melainkan mencakup juga lembaga-lembaga lain yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan individu.
Pada saat ini anak sudah menuju kematangan fisik dan mental. Ia mempunyai perasaan-perasaan dan keinginan-keinginan baru sebagai akibat perubahan-perubahan tubuhnya. Pada saat ini remaja harus dapat ’mengintregasikan apa yang telah dialami dan dipelajarinya tentang dirinya sebagai anak, siswa, teman, anggota pranuka, dan lain sebagainya menjadi suatu kesatuan sehingga menunjukan kontinuitas dengan masa lalu dan siap menghadapi masa datang. Peran orang tua yang pada masa lalu berpengaruh secara langsung pada krisis perkembangan, maka pada masa ini pengaruhany tidak langsung.

POLA PERKEMBANGN KOGNITIF
Perkembangan kognitif anak berlangsung secara teratur dan berurutan sesuai dengan perkembangan umurnya,maka pengajaran harus direncanakan sedemikian rupa disesuaikan dengan perkembangan kecerdasan peserta didik.
Proses anak sampai mampu berfikir seperti orangorang dewasa melalui empat tahap perkembangan, yakni:
1. Tahap Sensor Motor
Kegiatan intelektual pada tahapan ini hampir seluruhnya mencakup segala yang diterimanya secara langsung melalui indra.
2. Tahap Praoperasional
Pada tahap ini perkembangan sangat pesat. Lambang-lambang bahasa yang dipergunakan untuk menunjukan benda-benda nyata brtambah dengan pesatnya.
3. Tahap Operasional Konkrit
Kemampuan berfikir logis muncul pada tahap ini. Mereka dapat berfikir secara sistematis untuk mencapai pemecahan masalah.
4. Tahap Operasional Formal
Tahap ini ditandai dengan pola fikir orang dewasa. Mereka dapat mengaplikasikan cara berfikir terhadap permasalahan dari semua kategori baik yang abstrak maupun konkrit.
Perkembangan
Perkembangan adalah sebagian tugas yang muncul pada suatu periode tertentu dalam, kehidupan individu, yang merupakan keberhasilan yang dapat memberikan kebahagian serta memberi jalan bagi tugas-tugas berikutnya.
Tugas Perkembangan Pada Masa Kanak-Kanak
1. Belajar berjalan
2. Belajar makan makanan padat
3. Belajar mengendalikan gerakan badan
4. Mempelajari peran yang sesuai dengan jenis kelaminnya
5. Memperoleh stabilitas fisiologis
Tugas Perkembangan Masa Remaja
1. Memperoleh hubungan-hubungan baru dan lebih matang dengan yang sebaya dari dus jenis kelamin
2. Memperoleh peranan sosial dengan jenis kelamin individu
3. Menerima fisik dari dan menggunakan badan secara efektif
4. Memperoleh kebebasan diri melepaskan ketergantungan diri dari orangtua dan orang dewasa lainnya
5. Melakukan pemilihan dan persiapan untuk jabatan
6. Memperoleh kebebasan ekonomi
7. persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga
Tugas-Tugas Perkembangan Masa Setengah Baya
1. Memperoleh tanggung jawab sosial dan warga negara
2. Membangun dan mempertahankan standar ekonomi
3. Membantu anak remaja untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia
Menyesuaikan Diri Dengan Pertumbuhan Umur
1. tugas-tugas perkembangan orang tua
2. menyesuaikan diri denagn menurunnya kesehatan
3. menyesuaikan diri terhadap masa pansiun
4. menyesuaikan diri terhadap meninggalnya suami/istri
http://goolds.wordpress.com/2009/07/20/pola-pola-perkembangan-afektif-pada-manusia/

Atribusi adalah sebuah teori yang membahas tentang upaya-upaya yang dilakukan untuk memahami penyebab-penyebab perilaku kita dan orang lain. Definisi formalnya, atribusi berarti upaya untuk memahami penyebab di balik perilaku orang lain, dan dalam beberapa kasus juga penyebab di balik perilaku kita sendiri
Sementara menurut Weiner (Weiner, 1980, 1992) attribution theory is probably the most influential contemporary theory with implications for academic motivation. Artinya Atribusi adalah teori kontemporer yang paling berpengaruh dengan implikasi untuk motivasi akademik. Hal ini dapat diartikan bahwa teori ini mencakup modifikasi perilaku dalam arti bahwa ia menekankan gagasan bahwa peserta didik sangat termotivasi dengan hasil yang menyenangkan untuk dapat merasa baik tentang diri mereka sendiri.
Teori yang dikembangkan oleh Bernard Weiner ini merupakan gabungan dari dua bidang minat utama dalam teori psikologi yakni motivasi dan penelitian atribusi. Teori yang diawali dengan motivasi, seperti halnya teori belajar dikembangkan terutama dari pandangan stimulus-respons yang cukup popular dari pertengahan 1930-an sampai 1950-an.
http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-atribusi-berner-weiner-dan-implementasinya-dalam-pembelajaran/

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat)
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:


Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.
Sumber:

Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja.
Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.
Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran (http://smacepiring.wordpress.com/)
http://www.psb-psma.org/content/blog/pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran

Model pembelajaran;
kerangka konseptual yg melukiskan prosedur yg sistematis dlm mengorganisasikan pengalaman belajar ut mencapai tujuan belajar tertentu, berfungsi sbg pedoman bg para perancang pembelajaran dan pengajar dlm merencanakan dan melaksanakan pembelajaran

4 kategari model pembelajaran (Joyce dan Weil, 1986)
A. kelp. Model Pengolahan Informasi
B. Kelp. Model Personal
C. Kelp. Model Sosial
D. Klp. Model Sistem Perilaku



Model Pengolahan informasi
Menitikberatkan pd cara2 memperkuat dorongan internal ut memahami dunia dg cara menggali dan mengorganisasikan data, merasakan adanya masalah, dan mengupayakan jalan pemecahannya, serta mengembangkan bahasa ut mengungkapkannya.
Yg termasuk kelompok model ini;
1. Pencapaian konsep (concept attainment)
2. Berpikir induktif ( inductive thinking)
3. Latihan penelitian (inquiry training)
4. Pemandu awal (advance organizers)
5. Memorisasi (memorization)
6. Pengembangan intelek (developing intelek)
7. Penelitian ilmiah (scientific inquiry)
Model Personal,
Proses pendidikan sengaja diusahakan ut memungkinkan dpt memahami diri sendiri dg baik, memikul tanggungjawab ut pendidikan, dan lebih kreatif ut mencapai kualitas hidup yg lebih baik.
Yg termasuk dlm kelompok model ini;
1. Pengajaran tanpa arahan (non directive teaching)
2. Sinektik (synecticts model)
3. Latihan kesadaran (awarenness training)
4. Pertemuan kelas (classroom meeting)
Model sosial,
Bhw kerjasama merupakan salah satu fenomena kehidupan masyarakat, dpt membangkitkan dan menghimpun tenaga secara bersama yg kemudian disebut synergy.
Yg termasuk kelompok model ini;
1. Investigasi kelompok (group investigation)
2. Bermain peran (role playing)
3. Penelitian yurisprudential (jurisprudential inquiry)
4. Latihan laboratorium (laboratorium training)
5. Penelitian ilmu sosial (
Model sistem perilaku,
Memusatkan perhatian pd perilaku yg terobservasi, metode dan tugas yg diberikan dlm rangka mengkomunikasikan keberhasilan.
Yg termasuk kelompok model ini;
1.Belajar tuntas (mastery learning).
2.Pembelajaran langsung (direct instructionb)
3.Belajar kontrol diri (learning self controll).
4.Latiahn pengembanghan keterampilan dan konsep (training for skill and concept development).
5.Latihan asertif (assertive training)
Karakteristik model pembelajaran;
1. sintakmatik, tahap-tahap kegiatan dari model tersebut.
2. sistem sosial, situasi dan norma yg berlaku dlm model tersebut.
3. reaksi, pola kegiatan yg menggambarkan bgmn guru seharusnya melihat dan memperlakukan para pelajar, termasuk bgmn seharusnya pengajar memberikan respon thd mereka.
4. sistem pendukung, segala sarana, bahan dan alat yg diperlukan ut melaksanakan model tersebut.
5. dampak intruksional, hasil belajar yg dicapai langsung dg cara mengarahkan para mhs pd tujuan yg diharapkan.
6. dampak pengiring, hasil belajar lainnya yg dihasilkan oleh proses pembelajaran, sbg akibat terciptanya suasana belajar yg dialami langsung para mhs tanpa pengarahan dari pengajar.
Contoh model yg diperlukan di PT
1. Model Pencapaian Konsep
2. Model Latihan Penelitian
3. Model Sinektiks
4. Model Pertemuan kelas
5. Model Investigasi Kelompok
6. Model Jurisprudential
7. Model Latihan Laboratorium
8. Model Penelitian Sosial
9. Model Kontrol Diri
10. Model SimulaSI
PEMILIHAN MODEL PEMBELAJARAN YG EFEKTIF
1. Ekspektasi pengajar ttg kemampuan mhs yg akan dikembangkan
2. Keterampilan pengajar dlm mengelola kelas
3. Alokasi waktu yg diperlukan mhs ut melakukan tugas belajarnya.
4. Kemampuan pengajar dlm mengambil keputusan pembelajaran, dan
5. Variasi metode mengajar yg dipakai oleh pengajar
Latihan kelompok
Kelas dibagi 4 kelompok;
1. Proses Berpikir Induktif,
2. Sikap dan Keterampilan Sosial,
3. Kepribadian, dan
4. Nilai dan Moral.
Analisa Karakteristik utama dari model tersebut, mengenai;
a. Asumsi yg mendasarinya,
b. Tujuan yg ingin dicapai
c. Sintakmatik
d. Sistem Sosial
e. Sistem Pendukung, dan
f. Dampak Instruksional dan Pengiring

• KARAKTERISTIK UMUM
• MODEL PEMBELAJARAN PILIHAN
UNTUK DITERAPKAN
DISEKOLAH MENENGAH
SETIAP MODEL PEMBELAJARAN MEMPUNYAI UNSUR-UNSUR SBB:
1. SINTAKS
2. SISTEM SOSIAL
3. PRINSIP REAKSI
4. SISTEM PENDUKUNG
5. DAMPAK INSTRUKSIONAL & PENGIRING
• SINTAKS
• TAHAP – TAHAP KEGIATAN DARI SUATU MODEL
• SISTEM SOSIAL
POLA KEGIATAN YANG MENGGAMBARKAN BAGAIMANA SEHARUSNYA GURU MELIHAT DAN MEMPERLAKUKAN PARA PELAJAR
• PRINSIP REAKSI
• POLA KEGIATAN YANG MENGGAMBARKAN BAGAIMANA SEHARUSNYA GURU MEMBERIKAN RESPON TERHADAP SISWA
• SISTEM PENDUKUNG
• SEGALA SARANA, BAHAN DAN ALAT YANG DIPERLUKAN UNTUK MELAKSANAKAN MODEL PEMBELAJARAN TERSEBUT
• DAMPAK INSTRUKSIONAL
• HASIL BELAJAR YANG DICAPAI LANGSUNG DENGAN CARA MENGARAHKAN SISWA PADA TUJUAN YANG DIHARAPKAN
• DAMPAK PENGIRING
HASIL BELAJAR LAINNYA YANG DIHASILKAN OLEH SUATU PROSES BELAJAR MENGAJAR, SBG AKIBAT TERCIPTANYA SUASANA BELAJAR YG DIALAMI LANGSUNG OLEH SISWA TANPA PENGARAHAN DARI GURU
• BEBERAPA MODEL YG DAPAT DITERAPKAN DISEKOLAH
1. PENCAPAIAN KONSEP
2. LATIHAN PENELITIAN
3. PERTEMUAN KELAS
4. INVESTIGASI KELOMPOK
5. DLL.

MODEL PENCAPAIN KONSEP
TUJUAN & ASUMSI BAHWA SETIAP KONSEP MEMILIKI 4 ELEMEN :
1. NAMA
2. CONTOH
3. CIRI2, YG ESENSIAL MAUPUN TIDAK
4. NILAI DARI CIRI2 TERSEBUT
SINTAKS
FASE -1 : PENYAJIAN DATA
1. GURU MENYAJIKAN CONTOH YANG SUDAH DIBERI LABEL
2. SISWA MEMBANDINGKAN CIRI2 YG POSITIF DAN NEGATIF
3. SISWA MEMBUAT DAN MENGETES HIPOTESIS
4. SISWA MEMBUAT DIFINISI TENTANG KONSEP ATAS DASAR CIRI2 YG ESENSIAL
FASE -2 : MENGETES PENCAPAIAN KONSEP
1. SISWA MENGIDENTIFIKASI TAMBAHAN CONTOH YG TDK DIBERI LABEL DG MENYATAKAN YA ATAU BUKAN
2. GURU MENEGASKAN HIPOTESIS, NAMA KONSEP & MENYATAKAN KEMBALI DEFINISI KONSEP SESUAI DG CIRI2 YG ESENSIAL
FASE-3 : MENGANALISIS STRATEGI BERPKIR
1. SISWA MENGUNGKAPKAN PEMIKIRANNYA
2. SISWA MENDISKUSIKAN HIPOTESIS DAN CIRI2 KONSEP
3. SISWA MENDISUSIKAN TIPE DAN JUMLAH HIPOTESIS
• SISTEM SOSIAL
• GURU MELAKUKAN PENGENDALIAN TERHADAP AKTIVITS, TTP DPT DIKEMBANGKAN MENJADI KEGIATAN DIALOG BEBAS. INTERAKSI ANTAR SISWA DIGALAKKAN OLEH GURU
• PRINSIP REAKSI
1. BERIKAN DUKUNGAN DG MENITIK BERATKAN PD SIFAT HIPOTESIS DR DISKUSI2 YG BERLANGSUNG
2. BERIKAN BANTUAN KPD SISWA DLM MEMPERTIMBANGKAN HIPOTESIS YG SATU DARI YG LAINNYA
3. PUSATKAN PERHATIAN SISWA THD CONTOH2 YG SPESIFIK
4. BERIKAN BANTUAN KPD SISWA DLM MENDISKUSIKAN DAN MENILAI

STRATEGI BERPIKIR YG MEREKA PAKAI
• SISTEM PENDUKUNG
• BAHAN-BAHAN DAN DATA YG TERPILIH DAN TERORGANISASIKAN DLM BENTUK UNIT-UNIT YG BERFUNGSI MEMBERIKAN CONTOH2.
• BILA SDH BISA BERFIKIR KOMPLEKS SISWA DPT BEKERJASAMA DLM MEMBUAT UNIT DATA SEPERTI PADA FASE-2
• DAMPAK INSTRUKSIONAL
• MEMAHAMI HAKEKAT KONSEP
• STRATEGI PEMBENTUKAN KONSEP
• KONSEP – KONSEP YG SPESIFIK
• PENALARAN INDUKTIF
• DAMPAK PENGIRING
1. KESADARAN AKAN PILIHAN PANDANGAN
2. KEPEKAAN TERHADAP PENALARAN LOGIS DALAM KOMUNIKASI
3. TOLERANSI TERHADAP KETIDAKTENTUAN LOGIKA

MODEL LATIHAN PENELITIAN
MODEL INI MENGIKUTI TEORI SBB :
1. SCR ALAMI SISWA AKAN MENCARI SESUATU STLH DIHADAPKAN PD MASALAH
2. SISWA SADAR TTG BELAJAR MENGENAI STRATEGI BERPIKIR YG DIMILKINYA
3. STRATEGI BARU SCR LANGSUNG MELENGKAPI STRATEGI YG DIMILIKI NYA
4. PENELITIAN YG BERSIFAT KERJASAMA AKAN MEMPERKAYA PROSES BERPIKIR

SINTAKS
FASE-1 : MENGHADAPKAN MASALAH
1. MENJELASKAN PROSEDUR PENELITIAN
2. MENYAJIKAN SITUASI YG SALING BERTENTANGAN / BERBEDA
FASE-2 : MENCARI DAN MENGKAJI DATA
1. MEMERIKSA HAKIKAT OBYEK DAN KONDISI YG DIHADAPI
2. MEMERIKSA TAMPILNYA MASALAH
FASE-3 : MENCARI DATA & EKSPERIMENTASI
1. MENGISOLASI VARIABEL YG SESUAI
2. MERUMUSKAN HIPOTESIS SEBAB-AKIBAT
FASE-4 : MENGORGANISASIKAN, MERUMUSKAN DAN MENJELASKAN
MERUMUSKAN CARA-CARA UTK MENJELASKAN APA YG DILAKUKAN SEBELUMNYA
FASE-5 : MENGANALISIS PROSES PENELITIAN
MENGANALISIS STRATEGI PENELITIAN UTK MENDAPATKAN PROSEDUR YG LEBIH EFEKTIF

SISTEM SOSIAL
GURU MENGENDALIKAN KESELURUHAN PROSES INTERAKSI DAN MENJELASKAN PROSEDUR PENELITIAN YG HARUS DITEMPUH, TETAPI TETAP MENGGUNAKAN NORMA KEBEBASAN, INTELEKTUAL DAN KESAMAAN DERAJAT

PRINSIP REAKSI
1. PERTANYAAN HRS DIUNGKAP DG JELAS
2. MINTA SISWA MERUMUSKAN PERTANYAAN
3. TUNJUKKAN KPD SISWAPERSOALAN YG TDK VALID
4. GUNAKAN BAHASA YG BAIK
5. BERI SUASANA KEBEBASAN INTELEKTUAL
6. BERI DORONGAN UTK GENERALISASI
7. BERI DORONGAN UTK SALING INTERAKSI

SISTEM PENDUKUNG
MATERI YG DPT DIKONFFRONTASIKAN
GURU YG MENGERTI PROSES INTELEKTUAL DAN PENELITIAN

MASALAH2 YG MENANTANG SISWA UTK MELAKUKAN PENELITIAN
• DAMPAK INSTRUKSIONAL
• STRATEGI UNTUK PENELITIAN KREATIF
• DAMPAK PENGIRING
1. KETRERAMPILAN PROSES KEILMUAN
2. SEMANGAT KREATIF
3. KEMANDIRIAN DALAM BELAJAR
4. TOLERANSI TERHADAP KETIDAKTENTUAN
5. HAKEKAT TENTATIF DAN PENGETAHUAN

MODEL PERTEMUAN KELAS
ASUMSI :
1. MASALAH KEMANUSIAAN MERUPAKAN KEGAGALAN DARI FUNGSI SOSIAL DLM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN DASAR UNTUK MENCINTAI DAN DIHARGAI
2. TERAPI PERUBAHAN PERILAKU SBG AKIBAT DARI TDK FUNGSIONALNYA PERILAKU

SINTAKS
FASE – 1: MEMBANGUN IKLIM PERLIBATAN
1. MENDORONG SETIAP SISWA UTK BERPARTISIPASI & BERBICARA UTK DIRINYA SENDIRI
2. BERBAGI PENDAPAT TANPA SALING MENYALAHKAN ATAU MENILAI
FASE – 2:MENYAJIKAN MASALAH
1. SISWA / GURU MEMBAWA MASALAH
2. MEMAPARKAN MSLH SCR UTUH
3. MENGIDENTIFIKASI AKIBAT YG MUNGKIN MUNCUL
4. MENGIDENTIFIKASI NORMA SOSIAL
FASE – 3:MEMBUAT KEPUTUSAN NILAI PERSONAL
1. MENGDTFKS NILAI YG ADA DIBALIK MSLH PERILAKU & NORMA SOSIAL
2. SISWA MEMBUAT KAJIAN NORMA YG HRS DIIKUTI SESUAI DG NILAI YG DIMILIKI
FASE – 4:MENGIDENTIFIKASI PILIHAN TINDAKAN
1. SISWA MENDISKUSIKAN BERBAGAI PILIHAN ATAU ALTERNATIF PERILAKU
2. SISWA SEPAKAT TENTANG PILIANNYA ITU
FASE – 5: MEMBUAT KOMENTAR
SISWA MEMBUAT KOMENTAR SCR UMUM
FASE – 6: TINDAK LANJUT PERILAKU
SETELAH PERIODE TERTENTU, SISWA MENGUJI EFEKTIVITAS DARI KOMITMEN DAN PERILAKU BARU

SISTEM SOSIAL
• KELAS DIRGANISASIKAN SECARA TERSTRUKTUR SEDANG
• GURU BERTGJWB MEMBIMBING INTERAKSI MELALUI TAHAP2 SINTAKS
• KEPUTUSAN MORAL TERLETAK PADA SISWA

PRINSIP REAKSI
1. MELIBATKAN SISWA DG MENUMBUHKAN SUASANA HANGAT, PERSONAL , MENARIK DAN HUBUNGAN YG PEKA DG SISWA
2. GURU MENERIMA TGJWB UTK MENDIAGNOSIS PERILAKU SISWA
3. KELAS SBG SATU KESATUAN MEMILIH DAN MENGIKUTI ALTERNATIF PERILAKU YG ADA

SISTEM PENDUKUNG
• GURU KELAS YG MEMILIKI KEPRIBADIAN YANG HANGAT
• TERAMPIL DLM MENGELOLA HUBUNGAN INTERPERSONAL
• MAMPU MENCIPTAKAN IKLIM KELAS YANG TERBUKA DAN TIDAK BERSIFAT DEFENSIF

DAMPAK INSTRUKSIONAL
1. KEMANDIRIAN DAN PENGHARGAAN DIRI
2. KETERBUKAAN DAN KEUTUHAN
3. PENCAPAIAN TUJUAN DAN EVALUASI

DAMPAK PENGIRING
KEMANDIRIAN DAN PENGARAHAN DIRI
• MODEL INVESTIGASI KELOMPOK
• ASUMSI
• KESELURUHAN KEHIDUPAN SEKOLAH MERUPAKAN MINIATUR KEHIDUPAN DEMOKRASI

SINTAKS
FASE-1: SISWA BERHADAPAN DG SITUASI YG PROBLEMATIS
FASE-2: SISWA MELAKUKAN EKSPLORASI
FASE-3: SISWA MERUMUSKAN TUGAS2 BELAJAR DAN MENGORGANISASIKAN UTK MEMBANGUN SUATU PROSES PENELITIAN
FASE-4: SISWA MELAKUKAN KEGIATAN BELAJAR INDIVIDUAL
FASE-5 : SISWA MENGANALISIS KEMAJUAN DLM PROSES YG DILAKUKAN DALAM PROSES PENELITIAN KELOMPOK
FASE-6 : MELAKUKAN PROSES PENGULANGAN KEGIATAN
• SISTEM SOSIAL
BERSIFAT DEMOKRATIS
KEPUTUSAN YG DIKEMBANGKAN DIPERKUAT OLEH PENGALAMAN KELOMPOK
SUASANA KELAS TDK BEGITU TERSTRUKTUR
GURU & MURID PUNYA KEDUDUKAN YG SAMA DALAM MASALAH TAPI PERAN BEDA
PROSES INTERAKSI BERSIFAT KESEPAKATAN

PRINSIP REAKSI
• GURU BERPERAN SEBAGAI KONSELOR, KONSULTAN, DAN PEMBERI KRITIK YANG BERSAHABAT
• SISTEM PENDUKUNG
• SEGALA SESUATU YG MENYENTUH KEBUTUHAN PARA SISWA UTK MENGGALI INFORMASI YG SESUAI DALAM PROSES PEMECAHAN MASALAH

DAMPAK INSTRUKSIONAL
1. PANDANGAN KONSTRUKSIONIS TENTANG PENGETAHUAN
2. PENELITIAN YG BERDISIPLIN
3. PROSES DAN KETERATURAN KELOMPOK YANG EFEKTIF

DAMPAK PENGIRING
1. KEHANGATAN DAN KETERIKATAN ANTARA MANUSIA
2. MENGHORMATI HAK AZASI MANUSIA DAN KOMITMEN TERHADAP KEANEKARAGAMAN
3. KEMERDEKAAN SEBAGAI PELAJAR
4. KOMITMEN TERHADAP PENELITIAN SOSIALDAMPAK INSTRUKSIONAL

BAGAIMANA PEMBELAJARAN SEYOGIANYA DIORGANISASIKAN
1. MENYAJIKAN SESUATU
2. MENUMBUHKEMBANGKAN PROSES BERPIKIR
3. MEMBINA INTERAKSI SOSIAL
4. MENGAJAR BAGAIMANA BELAJAR

3 KETRAMPILAN YANG HARUS DIKUASAI
ORIENTASI
TRANSISI
EVALUASI




ORIENTASI
DIGUNAKAN UNTUK MEMUSATKAN PERHATIAN SISWA TERHADAP SAJIAN
MENGUNAKAN KEGIATAN, PERISTIWA, OBJEK, ATAU MANUSIA YG DIKENAL/DIALAMI SISWA
MEMBERI PANDUAN/RUJUKAN BAGI SISWA UNTUK MEMVISUALISASIKAN ISI SAJIAN
MEMBANTU MEMPERJELAS TUJUAN PENYAJIAN

TRANSISI
DIGUNAKAN TERUTAMA UNTUK MENGATUR PERALIHAN DARI YANG TELAH DIKETAHUI KE YG BELUM DIKETAHUI
MENGGUNAKAN CONTOH ATAU ANALOGI

EVALUASI
DIGUNAKAN UNTUK MENILAI HAL-HAL YANG TELAH DIPAHAMI SISWA
BERORIENTASI PADA KEGIATAN SISWA
PROSES KOGNITIF PIAGET
AWAL PENYAJIAN YANG BAIK MERUPAKAN “TRIGER” ATAU PEMBUKA TERJADINYA PROSES PENGOLAHAN INFORMASI OLEH SISWA

GAGNE MENEGASKAN PERLUNYA VARIASI STIMULI
VARIASI GERAK / KINETIK
PEMUSATAN
ALIH INTERAKSI
TEMPO
ALIH PERHATIAN

AWAL SAJIAN YG BAIK PERLU DIIKUTI DENGAN PENUTUPAN YG BAIK
REVIEW, ULASAN, BUTIR2 POKOK,URUTAN, HUBUNGAN, ATAU RINGKASAN
TRANSFER, PENERAPAN HAL-HAL YANG TELAH DIPELAJARI
SERENDIPITI, PENUTUPAN SAJIAN YANG KONTEKSTUAL
MENUMBUHKEMBANGKAN PROSES BERPIKIR





KEGIATAN MERANGSANG, MENGARAHKAN, MEMELIHARA, DAN MENINGKATKAN KADAR PROSES BERPIKIR SISWA
DIMENSI PROSES PERILAKU KOGNITIF MENURUT BLOOM
PENGETAHUAN
PEMAHAMAN
PENERAPAN
ANALISIS
SINTESIS
EVALUASI

PERTANYAAN PEMAHAMAN
MENGURAIKAN
MEMBANDINGKAN
MEMBEDAKAN
MENGUNGKAPKAN
MENJELASKAN IDE POKOK

PERTANYAAN PENERAPAN
MENERAPKAN
MENGKLASIFIKASIKAN
MENGGUNAKAN
MENULIS CONTOH
MEMECAHKAN
MENGHITUNG
MEMILIH

PERTANYAAN ANALISIS
MENEMUTUNJUKKAN SEBAB-SEBAB
MENARIK KESIMPULAN
MENENTUKAN BUKTI-BUKTI
MENDUKUNG
MENGANALISIS

PERTANYAAN SISTESIS
MEMPREDIKSIKAN
MEMPRODUKSI
MENULIS
MERANCANG
MENGEMBANGKAN
MENSINTESISKAN
MENGKONTRUKSI

PERTANYAAN EVALUASI
MENILAI
BERARGUMENTASI
MENETAPKAN
MENGKAJI
MEMBERI PENDAPAT

KETRAMPILAN BERTANYA LANJUT
PROBING ATAU PELACAKAN TERDIRI DARI PERLUASAN DAN PENINGKATAN
PERLUASAN (EXTENDING) TERDIRI DARI ASIMILASI, AKOMODASI, EKUILIBRASI
PENINGKATAN (LIFTING), TERDIRI DARI INGATAN, PEMAHAMAN, PENERAPAN, ANALISIS, SINTESIS DAN EVALUASI

HAKEKAT MATEMATIKA
APAKAH MATEMATIKA ITU ?

ELEA TINGGIH (1972)
SECARA ETIMOLOGIS MATEMATIKA ADALAH ILMU PENGETAHUAN YANG DIPEROLEH DENGAN CARA BERNALAR

JOHNSON DAN RISING (1972)
MATEMATIKA ADALAH POLA BERPIKIR, POLA MENGORGANISASIKAN, PEMBUKTIAN YANG LOGIK
MATEMATIKA ADALAH BAHASA YG MENGGUNAKAN ISTILAH YG DIDEFINISIKAN DG CERMAT, JELAS, & AKURAT, REPRESENTASINYA DG SIMBOL & PADAT, LEBIH BERUPA BAHASA SIMBOL MENGENAI IDE DARIPADA MENGENAI BUNYI

KLINE (1973)
MATEMATIKA ITU BUKANLAH PENGETAHUAN MENYENDIRI YG DAPAT SEMPURNA KARENA DIRINYA SENDIRI, TETAPI ADANYA MATEMATIKA ITU TERUTAMA UNTUK MEMBANTU MANUSIA DALAM MEMAHAMI DAN MENGUASAI PERMASALAHAN SOSIAL, EKONOMI DAN ALAM

JAMES DAN JAMES (1976)
MATEMATIKA ADALAH ILMU TENTANG LOGIKA MENGENAI BENTUK, SUSUNAN BESARAN, DAN KONSEP-KONSEP BERHUBUNGAN LAINNYA DG JUMLAH YG BANYAK YG TERBAGI KEDALAM TIGA BIDANG, YAITU ALJABAR, ANALISIS DAN GEOMETRI

RUSEFFENDI ET. (1980)
MATEMATIKA TERBENTUK SEBAGAI HASIL PEMIKIRAN MANUSIA YANG BERHUBUNGAN DG IDE, PROSES DAN PENALARAN

REYS, DKK (1984)
MATEMATIKA ADALAH TELAAHAN TENTANG POLA DAN HUBUNGAN, SUATU JALAN ATAU POLA BERPIKIR, SUATU SENI, SUATU BAHASA DAN SUATU ALAT

KESIMPULAN DEF.
SEMUA DEFINISI DPT DITERIMA, KARENA MATEMATIKA DAPAT DITINJAU DARI SEGALA SUDUT, DAN MATEMATIKA ITU SENDIRI BISA MEMASUKI SELURUH SEGI KEHIDUPAN MANUSIA, DARI YG PALING SEDERHANA SAMPAI KEPADA YG PALING KOMPLEKS

KARAKTERISTIK MATEMATIKA
MEMILIKI OBYEK KAJIAN ABSTRAK
BERTUMPU PADA KESEPAKATAN
BERPOLA PIKIR DEDUKTIF
MEMILIKI SIMBOL YANG KOSONG DARI ARTI
MEMPERHATIKAN SEMESTA PEMBICARAAN
KONSISTEN DALAM SISTEMNYA
MEMILIKI OBYEK KAJIAN ABSTRAK
FAKTA
KONSEP
OPERASI ATAU RELASI
PRINSIP

KONSEP2 MATEMATIKA TERSUSUN SECARA HIERARKIS, TERSRUKTUR, LOGIS, DAN SISTEMATIS, MULAI DARI KONSEP YG PALING SEDERHANA SAMPAI PADA KONSEP YG PALING KOMPLEKS

MATEMATIKA SBG RATU
DAN PELAYAN ILMU
SEBAGAI RATU DIMAKSUDKAN BAHWA MATEMATIKA ADALAH SEBAGAI SUMBER DARI ILMU YANG LAIN
SEBAGAI PELAYAN DIMAKSUDKAN BAHWA MATEMATIKA TUMBUH DAN BERKEMBANG SELAIN UNTUK DIRINYA SENDIRI JUGA UNTUK MELAYANI KEBUTUHAN ILMU PENGETAHUAN LAIN DALAM PENGEMBANGAN DAN OPERASIONALNYA

HAKIM TERTINGI MATEMATIKA
PENENTU AKHIR KEBENARAN SUATU PERNYATAAN DALAM MATEMATIKA ADALAH STRUKTUR MATEMATIKA YANG BERLAKU

MATEMATIKA SEKOLAH
BAGIAN DARI MATEMATIKA YANG DIPILIH DAN DIBERIKAN UNTUK DIPELAJARI OLEH SISWA DISEKOLAH

PERAN MATEMATIKA SEKOLAH
MEMPERSIAPKAN SISWA AGAR SANGGUP MENGHADAPI PERUBAHAN2 DLM KEHIDUPAN DUNIA YG SENANTIASA BERUBAH, MELALUI LATIHAN BERTINDAK ATAS DASAR PEMIKIRAN LOGIS DAN RASIONAL, KRITIS DAN CERMAT, OBJEKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN DIPERHITUNGKAN SCR ANALITIS –SINTETIS
MEMPERSIAPKAN SISWA AGAR MENGUNAKAN MATEMATIKA SCR FUNGSIONAL DLM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN DI DLM MENGHADAPI ILMU PENGETAHUAN

FUNGSI PENGAJARAN MATEMATIKA
SBG ALAT DLM MELAKUKAN PERTIMBANGAN PEMIKIRAN / PERHITUNGAN
SBG POLA BERPIKIR
SBG ILMU PENGETAHUAN UNTUK DIKEMBANGKAN LEBIH LANJUT

FAKTOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI MATEMATIKA SEKOLAH
KUALITAS MASUKAN SEKOLAH MENENGAH
MINAT SISWA TERHADAP MATEMATIKA
KESIAPAN BELAJAR

STRATEGI PENYAJIAN MATEMATIKA SEKOLAH
PAKEM (PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN)
AUSUBEL (1968) : PENYAJIAN MATERI MATEMATIKA HARUSLAH DIATUR SEDEMIKIAN RUPA HINGGA MENANTANG SISWA UNTUK BERPIKIR LEBIH LANJUT

BELAJAR BERMAKNA
BELAJAR MATEMATIKA HARUS MENGUTAMAKAN PENGERTIAN DARIPADA HAFALAN

PERKEMBANGAN TEORI BELAJAR MENGAJAR & PENERAPANNYA DALAM PENGAJARAN MATEMATIKA

Aliran Psikologi Tingkah Laku
1. Teori Thorndike
2. Teori Skinner
3. Teori Ausubel
4. Teori Gagne
5. Teori Pavlov
6. Teori Baruda
7. Aliran Latihan Mental

Teori Thorndike
• Mengemukakan hukum belajar “Law of effect” bahwa belajar akan lebih berhasil bila respon murid terhadap stimulus segera diikuti dengan rasa senang atau kepuasan
• Mengemukakan juga teori stimulus respon (S-R), dimana pada hakekatnya belajar merupakan proses pembentukan hubungan antara stimulus dan respon

Beberapa dalil/hukum munculnya S-R
• Hukum kesiapan ( law of readiness)
• Hukum latihan ( law of exercise )
• Hukum akibat ( law of effect )
• Hukum kesiapan

Seorang anak mempunyai kecenderungan bertindak (+), kemudian ia benar melakukan tindakan tersebut (+), maka akan melahirkan kepuasan bagi dirinya. ( +)
• (+) , (-) ( -)
• (-) , (+) ( -)


Seorang anak akan lebih berhasil belajarnya, jk telah siap melakukan kegiatan belajar
• Hukum Latihan
• Hubungan S-R sering terjadi, maka hubungan akan semakin kuat
• Hubungan S-R jarang terjadi, maka hubungan makin lemah
• S-R akan semakin kuat, jika proses pengulangan sering terjadi
• Hukum Akibat
• Suatu tindakan akan menimbulkan pengaruh bagi tindakan yang serupa
• Suatu tindakan yg dilakukan anak menimbul-kan kesenangan baginya, mk tindakan tsb cenderung diulanginya, dan sebaliknya
• Kepuasan yg terlahir dr adanya ganjaran dari guru akan memberikan kepuasan bagi anak, dan anak cenderung berusaha melakukan atau meningkatkan apa yg telah dicapainya.
• Implikasi dalam KBM
• Dlm menjelaskn konsep, guru sebaiknya mengambil contoh yg sering dijumpai dlm kehidupan sehari2.
• Metode pemberian tugas & latihan akan lebih cocok. Dg metode tsb siswa akan sering dpt S, sehingga R yg diberikan akan lebih banyak.
• Konsep prasyarat harus dikuasai lebih dulu agar dapat memahami topik berikutnya

Teori Skinner
• Ganjaran (G) & penguatan (P) mempunyai peranan yg amat penting dlm proses belajar
• G mrpkn respon yg sifatnya menggembirakan dan mrpkn tingkah laku yg sifatnya subyektif, sedangkan P mrpkn sesuatu yg mengakibatkan meningkatnya kemungkinan suatu respon dan mengarah ke sesuatu yg sifatnya dpt diamati dan diukur
• P terdiri dari P positif dan P negatif
• P positif diberikan kepada anak, jk R yg diberikan oleh anak positif, dan sebaliknya
• R siswa baik, segera diberikan P positif agar R tsb lebih baik lagi / dipertahankan, Jk R siswa kurang hrs segera beri P negatif agar R tsb tdk diulangi lagi dan berubah menjadi R yg sifatnya positif

Teori Ausubel
• Dikenal dg teori belajar bermakna dan penting nya pengulangan sebelum belajar dimulai
• Belajar menerima, Siswa hanya menerima tingal menghafalkan, belajar menemukan konsep ditemukan sendiri oleh siswa
• Belajar menghafal siswa menghafalkan materi yg sdh diperoleh, belajar bermakna materi yg tlh diperoleh itu dikembangkan dg keadaan lain shg belajarnya lebih dimengerti



Teori Gagne
• Dalam belajar matematika ada 2 obyek yg dpt diperoleh siswa; langsung & tak langsung
• Obyek langsung; fakta, konsep, ketrampilan, dan aturan.
• Obyek tak langsung;
1. Kemampuan menyelidiki & pemecahan mslh
2. Belajar mandiri
3. Bersikap positif thdp matematika & tau bagaimana semestinya belajar

8 tipe balajar Gagne
1. Belajar isyarat
2. Belajar stimulus respon
3. Belajar rangkaian gerak
4. Belajar rangkaian verbal
5. Belajar membedakan
6. Belajar pembentukan konsep
7. Belajar pembentukan aturan
8. Belajar pemecahan masalah

Belajar isyarat adlh belajar yg tingkatannya paling rendah, krn tdk ada niat / spontanitas
• Belajar pemecahan masalah adlh tipe belajar yg paling tinggi krn dibutuhkan kemampuan yang lebih kompleks

Dlm pemecahan masalah ada 5 langkah yang harus dilakukan :
1. Menyajikan mslh dlm bentuk yg lebih jelas
2. Menyatakan mslh dlm bentuk yg lebih operasional
3. Menyusun hipotesis2 alternatif & prosedur kerja yg diperkirakan baik
4. Mengetes hipotesis & melakukan kerja utk memperoleh hasilnya
5. Mengecek kembali hasil yg sdh diperoleh

Teori Pavlov
• Dikenal dg teori belajar klasik
• Pavlov mengemukakan konsep pembiasaan “Agar siswa belajar dg baik hrs dibiasakan”

Teori Baruda
• Siswa belajar itu melalui meniru
• Aliran Latihan Mental
• Struktur otak manusia terdiri dari gumpalan-gumpalan otot, agar ia kuat hrs dilatih dg beban, makin banyak latihan dan beban yg makin berat maka otot itu makin kuat pula
METODE KHUSUS DALAM
PENGAJARAN MATEMATIKA

METODE MENGAJAR : CARA YG DPT DIGUNAKAN UTK MENGERJAKAN TIAP BAHAN PELAJARAN

PENDEKATAN MENGAJAR : PROSEDUR YANG DIGUNAKAN DLM MEMBAHAS SUATU BAHAN PELAJARAN UNTUK MENCAPAI TUJUAN BELAJAR – MENGAJAR

MACAM2 PENDEKATAN MENGAJAR
1. PENDEKATAN SPIRAL
2. PENDEKATAN INDUKTIF
3. PENDEKATAN DEDUKTIF
4. PENDEKATAN FORMAL
5. PENDEKATAN INFORMAL
6. PENDEKATAN ANALITIK
7. PENDEKATAN SINTETIK
8. PENDEKATAN INTUITIF

PENDEKATAN SPIRAL
DALAM PEND. SPRIRAL KONSEP TDK DIAJARKAN DARI AWAL HINGGA SELESAI DLM SATU KURUN WAKTU, TETAPI DIBERIKAN DLM BEBERAPA SELANG WAKTU

PENDEKATAN INDUKTIF
SUATU PROSES BERFIKIR YANG DIGUNAKAN UTK MENARIK KESIMPULAN YG DIMULAI DARI KASUS-KASUS YANG BERSIFAT KUSUS
CONTOH :
BANYAK HIMPUNAN BAGIAN SUATU HIMPUNAN
1. Tentukan semua himpunan bagian dari :
{a} ,{a,b}, {a,b,c}
2. Lengkapi tabel berikut :
3. Jika banyaknya anggota himpunan n, maka banyaknya himpunan bagian adalah 2n

PENDEKATAN DEDUKTIF
SUATU PROSES BERFIKIR YANG DIGUNAKAN UTK MENARIK KESIMPULAN YG DIMULAI DARI HAL YANG UMUM MENJADI KASUS
YANG BERSIFAT KUSUS

CONTOH :
Def : Faktor persekutuan terbesar (FPB) dari beberapa bilangan adalah sebuah bilangan asli paling besar yg merupakan faktor persekutuan dari semua bilangan itu
Cara menentukan FPB dari dua bilangan 24 & 36
Himpuan faktor dari 24 adalah :
A = {1,2,3,4,6,8,12,24}
Himpunan faktor dari 36 adalah :
B = {1,2,3,4,6,9,12,18,36}
Himpunan faktor persekutuan dari 24 dan 36 adalah himpunan irisan A dan B, yaitu :
A ∩ B = { 1, 2, 3, 4, 6, 12 }
Anggota paling besar dari A ∩ B adalah 12
Jadi 12 mrpk pembagi persekutuan terbesar dari 24 dan 36
Jadi FPB dari 24 dan 36 adalah 12

PENDEKATAN FORMAL
SUATU PROSES BERPIKIR DALAM SUATU PEMBELAJARAN YG DIAWALI DARI UNSUR-UNSUR YG TDK DIDEFINISIKAN, DEFINISI, AKSIOMA DAN TEOREMA SBG KONSEKUENSI LOGIS DG PENALARAN DEDUKTIF
HUBUNGAN ITU DPT DIGAMBARKAN SBB :
CONTOH :
Persamaan
Jika x + 7 = 12, maka x = 5
Bukti langsung
x + 7 = 12
- 7 = -7
x = 5
Bukti tak langsung :
Misalkan x ≠ 5, maka ada 2 kemungkinan,
Yaitu x > 5 atau x < 5 Untuk x > 5 maka : x > 5
7 = 7
x + 7 > 12
Untuk x < 5 maka : x < 5
7 = 7
x + 7 < 12



PENDEKATAN INFORMAL
SUATU PROSES BERPIKIR DALAM SUATU PEMBELAJARAN YANG MENYIMPANG DARI ATURAN FORMAL
CONTOH :
Selesaikan persamaan : x + 5 = 12
Jawab :
x + 5 = 12
x = 12 – 5
x = 7

PENDEKATAN ANALITIK
PEMBAHASAN BAHAN PELAJARAN YANG DIMULAI DARI UNSUR-UNSUR YANG TIDAK DIKETAHUI MENUJU KE YG DIKETAHUI UNTUK MENYELESAIKAN PERSOALAN
CONTOH :
Diketahui sin ao = 3/5 dan 0 < a < 90
Hitunglah nilai tg ao

PENDEKATAN SINTETIK
PEMBAHASAN BAHAN PELAJARAN YANG DIMULAI DARI UNSUR-UNSUR YANG DIKETAHUI MENUJU KE YANG TIDAK DIKETAHUI UNTUK MENYELESAIKAN PERSOALAN
CONTOH :
Selesaikan pk berikut dg pemfaktoran :
2x2 – 3x – 9 = 0

PENDEKATAN INTUITIF
MERUPAKAN BENTUK LAIN DARI PENDEKATAN INDUKTIF DIMANA CONTOH DIBERIKAN DALAM BENTUK PERMAINAN
CONTOH:
Jumlahkan enam bilangan asli yang pertama :
1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6
Penyelesaian :
Dg lemparan 2 dadu sebanyak 6 kali menang,
Dimana dikatakan menang jika jumlah mata dadu yang keluar sama dengan 7
KEBAIKAN :
LEBIH MENARIK MINAT BELAJAR SISWA KARENA DIPERKENALKAN MELALUI CONTOH2 KEADAAN SEHARI-HARI DLM KEHIDUPANNYA
KELEMAHAN :
LEBIH BANYAK MENYITA WAKTU

METODE MENGAJAR MATEMATIKA
1. METODE CERAMAH
2. METODE EKSPOSITORI
3. METODE DEMONSTRASI
4. METODE DRILL DAN LATIHAN
5. METODE TANYA JAWAB
6. METODE PENEMUAN
7. METODE PEMECAHAN MASALAH
8. METODE INKUIRI
9. METODE PERMAINAN
10. METODE PEMBERIAN TUGAS

METODE CERAMAH
• CARA PENYAMPAIAN INFORMASI DENGAN LISAN DARI SESEORANG KEPADA SEJUMLAH PENDENGAR DI SUATU RUANGAN
• KEGIATAN BERPUSAT PADA PENCERAMAH DAN KOMUNIKASI TERJADI SEARAH
• PENCERAMAH MENDOMINASI SELURUH KEGIATAN, SEDANG PENDENGAR HANYA MEMPERHATIKAN DAN MEMBUAT CATATAN
KEKUATANNYA
• DPT MENAMPUNG KLS BESAR, TIAP MURID MEMPUNYAI KESEMPATAN YG SAMA UTK MENDENGAR, SHG BIAYA RELATIF MURAH
• BAHAN DPT DISAJIKAN SECARA URUT
• GURU DPT MEMBERI TEKANAN HAL PENTING
• ISI SILABUS DPT DISELESAIKAN DG MUDAH
• TDK ADANYA BUKU PELAJARAN DAN ALAT BANTU TDK MENGHAMBAT PELAJARAN
KELEMAHANNYA
• PELAJARAN MEMBOSANKAN, MURID MENJADI PASIF
• KONSEP YG DIBERIKAN MENYEBABKAN MURID TDK MAMPU MENGUASAI BAHAN
• PENGETAHUAN LEBIH CEPAT TERLUPAKAN
• MURID MENJADI BELAJAR MENGHAFAL YG TDK MENIMBULKAN PENGERTIAN

METODE EKSPOSITORI
• TERPUSATNYA KEGIATAN PADA GURU SBG PEMBERI INFORMASI
• DOMINASI GURU BERKURANG, GURU BICARA PD AWAL, MENERANGKAN MATERI DAN CONTOH SOAL
• MURID TDK HANYA MENDENGAR DAN MENCATAT, TETAPI MEMBUAT SOAL DAN BERTANYA KALAU TDK MENGERTI

METODE DEMONSTRASI
• SEPERTI METODE CERAMAH DAN EKSP. GURU MASIH MENDOMINASI KBM, TETAPI MURID SDH BANYAK DILIBATKAN
• CIRI KHASNYA TERLETAK PD KEMAMPUAN GURU; MEMBUKTIKAN TEOREMA, MENURUNKAN RUMUS DAN MEMECAHKAN SOAL CERITA

METODE DRILL DAN LATIHAN
• DRILL DIBERIKAN DG TUJUAN SISWA CEPAT MENGINGAT KEMBALI KEGIATAN-KEGIATAN YANG BERSIFAT LISAN
• LATIHAN DIBERIKAN AGAR SISWA TERAMPIL MENYELEAIKAN SOAL2 DAN MEMAHAMI PROSEDUR PENYELESAIAN

METODE TANYA JAWAB
• BAHAN / MATERI PELAJARAN DISAJIKAN MELALUI TANYA JAWAB

METODE PENEMUAN
• KONSEP BARU YANG MENJADI BAHAN PELAJARAN DITEMUKAN SENDIRI OLEH SISWA

METODE PEMECAHAN MASALAH
• BAHAN / MATERI PELAJARAN DISAJIKAN MELALUI PEMECAHAN MASALAH

3 SYARAT MASALAH MENURUT POLYA
1. SISWA MEMPUNYAI KEMAMPUAN UNTUK MENYELESAIKAN, DITINJAU DARI SEGI KEMATANGAN MENTAL DAN ILMUNYA
2. SISWA BELUM MEMPUNYAI PROSEDUR PENYELESAIAN
3. SISWA BERKEINGINAN UTK MENYELESAIKAN



LANGKAH MEMECAHKAN MASALAH
1. MERUMUSKAN PERMASALAHAN DG JELAS
2. MENYATAKAN LAGI PERMASALAHAN YANG LEBIH OPERASIONAL
3. MENYUSUN DUGAAN SEMENTARA
4. MENENTUKAN STRATEGI PEMECAHAN
5. MELAKSANAKAN PROSEDUR PEMECAHAN
6. MEMERIKSA HASIL PEMECAHAN

METODE INKUIRI
• METODE INKUIRI SEPERTI METODE PENEMUAN, TETAPI KONSEP BARU YG DITEMUKAN JUGA BELUM DIKETAHUI OLEH GURU

METODE PERMAINAN
• SUATU KEGIATAN YANG MENGGEMBIRAKAN YANG DAPAT MENUNJANG TERCAPAINYA TUJUAN INSTRUKSIONAL
• CONTOH
SEPULUH EKOR BURUNG BERTENGGER PADA KAWAT TELEPON. DATANGLAH SEORANG PEMBURU, LALU DITEMBAKNYA BURUNG - BURUNG ITU. SEKALI TEMBAK KENA LIMA EKOR. BERAPA BANYAK BURUNG YANG DIBAWA PULANG OLEH PEMBURU