



Sebenarnya ada cerita seru di balik bagaimana akhirnya aku bisa bertemu Yuni. Karena kesibukan dan aktivitas sehari-hari, aku sempat lupa menghubunginya. Begitu teringat, aku langsung WA menanyakan posisi hotelnya. Walau setiap hotel sudah punya nama, di sana semuanya juga diberi nomor. Hotelku nomor 603, sedangkan hotel Yuni 508.
Yuni mengirimkan share location dan jaraknya sekitar 800 meter. Aku pun berangkat jalan kaki, berpedoman Google Maps. Padahal saat itu aku sedang sakit—suara hilang dan serak. Tapi tekad bertemu Yuni lebih besar daripada rasa tidak enak badan.
Saat sudah dekat, Google memintaku menyeberang jalan. Perlu ekstra hati-hati, karena sistem lalu lintas di sana berbeda dengan Indonesia. Begitu tiba di bawah flyover, aku bertanya pada jamaah lain dengan suara yang hampir tak terdengar, “Pak… hotel 508 di mana ya?”
Mereka langsung kaget.
“Bu… njenengan itu kalau mencari teman harusnya bawa teman. Kok bisa sendirian to… ini negara asing… bahaya!”
Aku cuma senyum sambil menahan serak, hehe.
Lalu seorang bapak menunjuk, “Itu hotel 510, sebelahnya 509. Mungkin setelah itu 508.”
Ternyata… setelah 509 bukan 508. Nomornya lompat!
Akhirnya aku bertemu petugas Indonesia. Dengan lega aku bertanya lagi, dan petugasnya menjelaskan bahwa aku harus kembali sedikit, karena hotel 508 ada setelah 510, di pojok, dekat pohon.
Ternyata benar—urutannya aneh: 509, 510, baru kemudian 508.
Setelah perjuangan kecil itu, sampailah aku di hotel Yuni.
Aku duduk di lobby, menarik napas panjang, lalu WA Yuni:
“Yun… aku sudah sampai hotelmu. Aku bawakan air yo, Yun… Aku menggeh-menggeh…”
Wkwkwkwk… perjuangan banget, tapi akhirnya sampai juga.