Labels

Friday, June 16, 2023

Kartu Penting













 

Menu di Makkah














 




Hotel di Makkah































Umroh Sebelum Haji 16 Juni 2025



Kisah Umrohku – 16 Juni 2023

Perjalanan umrohku dimulai dari Madinah. Kami mengenakan ihram dan bersiap menuju Miqat di Bir Ali sebelum melanjutkan perjalanan menuju Makkah. Setibanya di kota suci, kami langsung melaksanakan tawaf sekitar pukul 10 malam dan berlanjut hingga melaksanakan sa’i sampai jam 4 pagi.

Saat tawaf, tiba-tiba rombongan besar berkulit hitam datang dan bergabung dalam putaran. Mereka suaranya keras, kompak, dan penuh semangat. Tanpa ragu aku mengikuti alunan doa mereka. Rasanya seperti mendapat tenaga tambahan. Mereka juga sempat memegang dinding tertentu—dan aku pun ikut menyesuaikan diri.

Alhamdulillah, tujuh putaran tawaf selesai dengan lancar. Kami lalu masuk ke area sa’i, bergabung dengan jamaah dari berbagai negara. Aku mendampingi ibu-ibu lansia, dan yang membuatku terharu adalah ketika rombongan besar tadi justru seakan memberi perlindungan. Aku merasa dijaga oleh mereka. Ibu-ibu yang bersamaku pun aman dan lancar.

Jika mengingat momen itu, rasanya ingin menangis—campuran haru, syukur, dan tidak percaya bahwa semuanya dimudahkan oleh Allah. Setelah selesai, kami memotong rambut sebagai tanda tahallul dan kembali ke hotel. Saat itu masjid sudah mulai dipenuhi jamaah untuk salat Subuh.

Aku terpisah dari Mbak Atoi dan suaminya karena mereka berada di lantai dua, sedangkan aku bersama ibu-ibu lansia berada di lantai dasar, dekat Ka'bah. Di lantai dasar, putaran tawaf terasa lebih cepat dan tidak terlalu lama.

Ketika melihat Ka'bah dari dekat, tanpa sadar air mataku jatuh. Allahu Akbar…
Begitu besar nikmat bisa berada di sana. Aku bahkan sempat melaksanakan salat dua rakaat tepat di depan Ka'bah — sebuah anugerah yang tak ternilai.

Semua berjalan lancar. Satu per satu, aku sebutkan nama-nama orang yang aku doakan selama berada di depan Ka’bah, bahkan saat sa’i. Temanku sempat berkata:

“Ayo doa yang banyak. Tidak harus bahasa Arab. Yang penting dari hati. Allah Maha Mendengar, mau bahasa Indonesia atau bahasa Jawa, semua didengar.”

Benar sekali.
Dan Alhamdulillah, semua doa dipanjatkan dengan penuh harap.

Demikian sekelumit kisah perjalanan umrohku, sebuah pengalaman spiritual yang tak akan pernah terlupa.