Labels
- Akun belajar.id (79)
- Asesmen Nasional (3)
- BPMTPK (5)
- Buku (16)
- Canva (3)
- CKS (16)
- edpuzzle (1)
- Educlouds (4)
- Family (209)
- Girl4Tech (1)
- Guru Inti (2)
- Haji (100)
- Hobby (112)
- House (13)
- IDYM (22)
- IGI (17)
- Informasi Rumah Belajar (49)
- International Speaker (14)
- Isodel (3)
- Jurnal Teknodik (17)
- Kesehatan (4)
- Kinemaster (20)
- Kultum (2)
- Kurikulum (2)
- Laporan (24)
- matematika (32)
- Microsoft (99)
- My Achievements (36)
- My Activity (136)
- My Profile (22)
- My Story (133)
- Newspaper (15)
- Pandu Digital (3)
- Pena (9)
- PGRI (2)
- Pojok Inspirasi (1)
- Positive Thoughts (22)
- PPPPTK TK PLB (1)
- Quote (7)
- RPP (5)
- SAC (8)
- SILN (133)
- Sosialisasi (103)
- Tips (3)
- TV9 (2)
- TVE (15)
- Unique U (1)
Wednesday, May 5, 2010
Teori Belajar
Teori Belajar
Tulisan ini hanya akan dikemukakan lima jenis teori belajar saja, yaitu: (a) teori behaviorisme; (b) teori belajar kognitif menurut Piaget; (4) teori pemrosesan informasi dari Gagne, dan (5) teori belajar gestalt.
a. Teori Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu. Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.
Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :
Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike. Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya: a) Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus - Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons. b) Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. c) Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.
Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov. Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya : a) Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat. b) Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
Operant Conditioning menurut B.F. Skinner. Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya : a) Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat. b) Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.
Social Learning menurut Albert Bandura. Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya.
Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning.
Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan. Sebetulnya masih banyak tokoh-tokoh lain yang mengembangkan teori belajar behavioristik ini, seperti : Watson yang menghasilkan prinsip kekerapan dan prinsip kebaruan, Guthrie dengan teorinya yang disebut Contiguity Theory yang menghasilkan Metode Ambang (the treshold method), metode meletihkan (The Fatigue Method) dan Metode rangsangan tak serasi (The Incompatible Response Method), Miller dan Dollard dengan teori pengurangan dorongan.
b. Teori Belajar Kognitif menurut Piaget
Dalam bab sebelumnya telah dikemukan tentang aspek aspek perkembangan kognitif menurut Piaget yaitu tahap (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan (4) formal operational. Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah : a) Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak. b) Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya. c) Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing. d) Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. e) Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
c. Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik.
d. Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler, ada tujuh prinsip organisasi yang terpenting yaitu : 1) Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship); yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warna dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure. 2) Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu. 3) Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki. 4) Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu. 5)Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan keteraturan; dan 6) Ketertutupan (closure) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
Terdapat empat asumsi yang mendasari pandangan Gestalt, yaitu: 1) Perilaku “Molar“ hendaknya banyak dipelajari dibandingkan dengan perilaku “Molecular”. Perilaku “Molecular” adalah perilaku dalam bentuk kontraksi otot atau keluarnya kelenjar, sedangkan perilaku “Molar” adalah perilaku dalam keterkaitan dengan lingkungan luar. Berlari, berjalan, mengikuti kuliah, bermain sepakbola adalah beberapa perilaku “Molar”. Perilaku “Molar” lebih mempunyai makna dibanding dengan perilaku “Molecular”. 2) Hal yang penting dalam mempelajari perilaku ialah membedakan antara lingkungan geografis dengan lingkungan behavioral. Lingkungan geografis adalah lingkungan yang sebenarnya ada, sedangkan lingkungan behavioral merujuk pada sesuatu yang nampak. Misalnya, gunung yang nampak dari jauh seolah-olah sesuatu yang indah. (lingkungan behavioral), padahal kenyataannya merupakan suatu lingkungan yang penuh dengan hutan yang lebat (lingkungan geografis). 3) Organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau unsur atau suatu bagian peristiwa, akan tetapi mereaksi terhadap keseluruhan obyek atau peristiwa. Misalnya, adanya penamaan kumpulan bintang, seperti : sagitarius, virgo, pisces, gemini dan sebagainya adalah contoh dari prinsip ini. Contoh lain, gumpalan awan tampak seperti gunung atau binatang tertentu. 4) Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensoris adalah merupakan suatu proses yang dinamis dan bukan sebagai suatu reaksi yang statis. Proses pengamatan merupakan suatu proses yang dinamis dalam memberikan tafsiran terhadap rangsangan yang diterima.
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain : 1) Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa. 2) Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya. 3) Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya. 4) Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik. 5) Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya (http://asnaldi.multiply.com/journal/item/5, di unduh tanggal 22 April 2010, jam 13:37).
PAKEM
PAKEM
Satu pendekatan yang dapat digunakan dalam KBM Effektif dan disesuaikan dengan Mata Pelajaran yang diajarkan adalah:
P A K E M
(Pembelajaran Aktif Kreatif Effektif dan Menyenangkan)
Kata Pengantar
Upaya institusi atau Lembaga Pendidikan terus dilakukan guna peningkatan kualtias pendidikan. Hal ini sangat penting, mengingat perubahan pendidikan selalu mengikuti perkem-bangan zaman. Seiring dengan hal itu, Sekolah perlu membuat suatu kegiatan pembekalan yang ditujukan untuk para guru. Guru sebagai lokomatif pembelajaran harus dibejali modal profesi sebagai guru yang pada akhirnya akan menjadi guru yang profesional. Sehingga sasaran pembelajaran "anak" akan memiliki kompetensi sesuai tuntutan Kurikulum Berbasis Kompetensi, saat ini Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Salah satu materi yang esensial dalam kegiatan ini adalah materi yang langsung menyentuh kepada kebutuhan guru yaitu strategi pembelajaran. Oleh karena itu, penulis sebagai narasumber dalam pelatihan ini diberi amanah untuk membawakan materi strategi pembelajaran PAKEM atau Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, lewat topik KBM Efektif. Paparan materi ini akan memperkaya Khasanah keterampilan guru dalam mengajar. Diharapkan lewat kegiatan ini pendidikan yang dilaksanakan di Suatu Institusi atau Lembaga akan lebih berkualitas. Semoga berhasil… Amin.
I. Pendahuluan
Kehadiran KTSP saat ini sesuai dengan Permen 22, 23, 24 Tahun 2006 yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut pelaku pendidikan harus lebih ekstra mempersiapkan diri terutama guru sebagai motor utama proses pendidikan. Oleh karena guru, langsung berhadapan dengan murid sebagai objek pembelajaran maka harus diciptakan hubungan yang harmonis, menarik dan menyenangkan. Target ini harus berjalan serentak dan bersama-sama yaitu kemampuan guru yang maksimal, kemauan siswa, perhatian orang tua dan institusi pendidikan yang bijak.
KTSP sebagai acuan pendidikan pembelajaran menuntut siswa bukan hanya sekedar tahu tentang sesuatu tetapi harus mampu melaksanakan sesuatu itu dengan benar sehingga siswa tersebut dapat dinyatakan telah berkompeten pada setiap mata pelajarannya. Maka, strategilah yang perlu diperkaya. Inilah yang dibahas dalam pelatihan ini yaitu strategi pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).
II. Permasalahan
- Kehadiran KTSP sebagai kurikulum yang mengarahkan kepada persoalan kemamuan siswa, maka perlu strategi yang tepat digunakan oleh guru.
- PAKEM sebagai salah satu strategi pembelajaran saat ini sangat tepat dikuasai guru sebagai modal pelaksanaan KTSPdalam proses pembelajaran.
- Rendahnya kemampuan guru dalam menerapkan strategi perlu diupayakan, akan lebih bermutu sehingga pembelajaran mencapai tujuan.
- Guru dalam mengajar lebih banyak memperdaya siswa dari pada memberdayakan siswa. Siswa tidak diarahkan untuk berkembang tetapi diatur untuk jangan begini, jangan begitu dan pada akhirnya siswa menjadi pasif dan takut berbuat.
- Upaya memotivais siswa masih rendah terutama dalam hal melakukan sesuatu. Hal ini perlu diperhatikan guru, karena siswa adalah orang yang memiliki potensi dan bukan tabung kosong yang harus diisi.
III. Tujuan
Materi pelatihan ini disajikan dengan tujuan sebagai berikut :
- Pemaparan konsep strategi pembelajaran PAKEM agar dapat dikuasai guru dan dapat diterapkan dalam proses pembelajaran.
- Terciptanya proses pembelajaran yang menarik, diman siswa aktif dan kreatif serta guru mampu memotivasi dan memfasilitasi kegiatan siswa.
- Terciptanya kualitas belajar yang standard dan sesuai dengan tuntutan kurikulum yaitu siswa yang memiliki kompetensi yang dapat diterapkan dalam kehidupannya sehari – hari.
- Guru akan lebih memiliki wawasan mengenai pemahaman tentang anak dalam belajar yaitu anak sebagai seseorang yang memiliki potensi yang harus dikembangkan sesuai dengan bakat dan minatnya masing – masing.
- Terciptanya hubungan guru dan murid yang harmonis yaitu siswa merasa sekolah bukan sebagai penjara dan selalu rindu akan gurunya.
IV. Pemaparan Materi
Apa itu PAKEM ?
Dari segi Guru
A = Aktif, guru aktif :
- Memantau kegiatan belajar siswa
- Memberi umpan balik
- Mengajukan pertanyaan yang menantang
- Mempertanyakan gagasan siswa
K = Kreatif, guru :
- Mengembangkan kegiatan yang beragam
- Membuat alat bantu belajar sederhana
E = Efektif, pembelajaran :
- Mencapai tujuan pembelajaran
M = Menyenangkan, pembelajaran :
- Tidak membuat anak takut :
- Takut salah
- Takut ditertawakan
- Takut dianggap sepele
Dari segi Siswa
A = Aktif, siswa aktif :
- Bertanya
- Mengemukakan gagasan
- Mempertanyakan gagasan orang lain dan gagasannya
K = Kreatif, siswa :
- Merancang / membuat sesuatu
- Menulis / mengarang
E = Efektif, siswa :
- Menguasai keterampilan atau kompetensi
yang diperlukan
M = Menyenangkan, pembelajaran :
- Membuat anak :
- Berani mencoba / berbuat
- Berani bertanya.
- Berani mengemukakan pendapat / gagasan.
- Berani mempertanyakan gagasan
Orang lain.
Yang Harus Diperhatikan Dalam Melaksanakan Pakem
1. Memahami Sifat Yang Dimiliki Anak
2. Mengenal Anak Secara Perorangan
3. Memanfaatkan Prilaku Anak Dalam Pengorganisasian Belajar
4. Mengembangkan Kemampuan Berfikir Kritis, Kreatif Dan Kemampuan Memecahkan Masalah.
5. Mengembangkan Ruang Kelas Sebagai Lingkungan Belajar Yang Menarik.
6. Memanfaatkan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar.
7. Memberikan Umpan Balik Yang Baik Untuk Meningkatkan Kegiatan Belajar.
8. Membedakan Aktif Fisik Dan Aktif Mental.
10 Kebiasaan Guru Yang Efektif
1. Tau Apa Yang Diajarkan
2. Mengajar Dan Mengarahkan Dengan Memberi Contoh
3. Menghargai Siswa
4. Memotivasi Siswa
5. Memahami Tujuan Pembelajaran
6. Mengajarkan Siswa Keterampilan Pemecahan Masalah.
7. Menggunakan Metode Yang Bervariasi
8. Mengembangkan Pengetahuan Pribadi Dengan Banyak Membaca
9. Mengajarkan Siswa Cara Mempelajari Sesuatu
10. Melaksanakan Penilaian Yang Tepat Dan Benar