Kisah Laksana Drakor

 Aku pobia ketinggian, sehingga lebih memilih naik kereta api daripada pesawat. Saat aku ditugaskan ke Singapura, aku terpaksa naik pesawat. Pertama, pesawat dari Surabaya ke Jakarta. Dan saya pasrah. Sedih. Turun di bandara aku dijemput petugas dan diantar ke hotel. Sesampai di hotel sudah ditunggu makan siang. Saat itu makan siang ala Thailand. Balik ke hotel. Baru sebentar sudah ditunggu sopir, diantar untuk makan malam, saat makan malam ala Jepang (ini yang agak berat karena ikan ikan mentah). Kami diberitahu harus survive dengan aneka makanan yang gak biasa kami makan karena nanti di Singapura kami tidak mendapatkan makanan yang sesuai selera saya. Esok harinya sudah didatangkan guru Bahasa Inggris dari Universitas Sampoerna. Gurunya ramah. Mulai berkenalan , dan meminta kami berkenalan dalam Bahasa Inggris. Setelah itu, kami diminta memperkenalkan proyek kami dalam Bahasa Inggris, ibu dosen memperbaiki kesalahan bahasa kami. Hingga sekitar tiga hari berturut turut kami belajar bahasa. Setelah itu kami ke Singapura. Ketika naik pesawat saya sudah berdoa semoga aman aman saja. Ya Allah. Alhamdulillah sampai di bandara Changi dengan selamat. Kami check in dengan passport. Petugas mencari namaku gak ada karena nama yang saya pakai daftar tidak ada nama orang tua. Sementara di passport ada nama orang tua. Akhirnya berhasil dan dapat name tag. Kami berkegiatan dengan antusias hingga acara selesai, dan beberapa hari berikutnya kami harus kembali ke Indonesia. Saat itu saya sudah lemas membayangkan naik pesawat. Saya berkali kali mules dan ke kamar mandi tanpa sebab. Pesawat dari Changi ke Soekarno Hatta. Saat itu saya bertanya kepada leader apa sudah pesan tiket ke Surabaya untuk saya? Leader bilang akan dipesankan. Saya memohon kepada leader kami, bolehkah naik kereta dari Jakarta ke Surabaya. Jadi tidak perlu dipesankan tiket pesawat. Leader bertanya, apakah service kami ada yang gak pas Bu Roro? Saya menjawab jika saya pobia ketinggian. Akhirnya saya naik kereta ke Surabaya. Saat sampai di Jakarta harusnya saya ada reuni SMP. Jika saya naik pesawat ke Surabaya masih bisa ikut acara reuni. Tapi karena naik kereta sampai Surabaya keesokan harinya. Teman teman SMP sedih kenapa saya tidak naik pesawat saja. Bukankah dibiayai perjalannya? Saya bilang 70 menit naik pesawat membuat saya stress , lebih baik 9 jam bebas stress.

Dua hari berikutnya
Seorang teman SMP menelpon dan menanyakan kenapa saya tidak datang reuni. Saya kaget, kok tiba tiba menelpon, kan tidak akrab sama sekali. Teman yang menelpon adalah pengusaha roti. Saya bertanya, kok menelpon apa mau memberi saya roti. Dia menjawab , iya. Ok , akhirnya saya ke rumahnya, yang tidak jauh dari tempat kerja saya. Saat bertemu setelah sekian lama , berpuluh tahun yang lalu, saya mengatakan , Apa kabar dan pertanyaan klise lainnya. Lalu aku bertanya, kue mana yang akan diberikan aku? Lalu temanku bilang, kamu mau kue apa...saya buatkan sekarang.... Ooooo... (Drakor banget) dan aku... speechless