Pembelajaran Sosiologi Kelas X SILN











Sosialisasi dapat diartikan sebagai proses belajar yang dilakukan oleh seseorang (individu) untuk berbuat atau bertingkah laku berdasarkan patokan yang terdapat dan diakui dalam masyarakat. Melalui proses ini seseorang kemudian mengadopsi kebiasaan, sikap, dan ide-ide orang lain kemudian seseorang memercayai dan mengakui sebagai milik pribadi. Dalam arti sempit, proses sosialisasi diartikan sebagai proses pembelajaran seseorang mengenal lingkungan sekitarnya baik itu lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Pengenalan ini dilakukan individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar yang akan membekali dirinya dalam pergaulan yang lebih luas. Sedangkan dalam arti luas, proses sosialisasi diartikan sebagai proses interaksi dan pembelajaran seseorang mulai dari lahir hingga meninggalnya dalam suatu kebudayaan masyarakat. Dalam hal ini, bayi yang baru lahir pun akan melakukan sosialisasi. Seorang bayi mula-mula mengenal lingkungan sosialnya, yaitu lingkungan yang paling dekat yaitu keluarga dan kerabatnya. Seiring dengan berjalannya waktu pengenalan ini akan meluas ke lingkungan masyarakat seperti lingkungan pergaulan, lingkungan masyarakat sosial, lingkungan kerja, dan lain-lain.

 

Proses Terjadinya Sosialisasi

Sosialisasi dapat terjadi secara langsung bertatap muka dalam pergaulan sehari-hari, dapat juga terjadi secara tidak langsung melalui telepon, surat atau melalui media massa. Sosialisasi dapat berjalan lancar jika seseorang tersebut sadar mensosialisasi kebudayaan suatu masyarakat. Namun, sosialisasi dapat pula terjadi secara paksa, kejam, dan kasar karena adanya kepentingan tertentu. Misalnya, segolongan atau sekelompok tertentu memaksakan kehendaknya terhadap individu lain.


Sosialisasi dapat pula terjadi melalui interaksi dan komunikasi. Melalui komunikasi, seseorang memperoleh  pengalaman-pengalaman hidup, kebiasaan-kebiasaan yang menjadi bekal pergaulan di masyarakat luas. Selain itu, komunikasi dapat pula melalui media massa seperti surat kabar, majalah, buletin, dan tabloid. Dengan memperoleh informasi dari media massa, individu akan belajar nilai dan norma secara umum yang mampu menghasilkan tingkah laku yang diharapkan masyarakat.


Faktor-Faktor yang Memengaruhi Proses Sosialisasi

Pada intinya, setiap manusia melakukan proses sosialisasi tanpa terkecuali. Terlebih kita sebagai makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan orang lain, menuntut kita untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar melalui sosialisasi. Secara tidak langsung, proses sosialisasi mampu membentuk kepribadian individu. Menurut F.G. Robins (sebagaimana dikutip Arif Rohman dkk.; 2003), terdapat lima faktor yang memengaruhi perkembangan kepribadian manusia sebagai hasil sosialisasi.

Faktor-faktor tersebut antara lain:

a. sifat dasar,
b. lingkungan prenatal,
c. perbedaan perorangan,
d. lingkungan, dan

e. motivasi.

 

Media Sosialisasi

Sebagai suatu proses, sosialisasi berlangsung begitu saja, namun terjadinya proses sosialisasi melalui suatu perantara. Dengan adanya perantara-perantara ini, menjadikan proses sosialisasi berjalan lancar. Perantara sosialisasi inilah yang dikenal sebagai media sosialisasi. Melalui media sosialisasi, seseorang mengenal dunia sosial dan masyarakat. Adapun media-media sosialisasi tersebut antara lain sebagai berikut.

 


a. Keluarga

Keluarga merupakan tempat pertama dan utama seorang anak belajar hidup sosial. Hal ini dikarenakan, anak mulai bergaul untuk pertama dalam lingkungan keluarganya sendiri dan mengenal lingkungan sekitarnya dimulai dari lingkungan keluarga sendiri. Di dalam keluarga, seorang anak akan mengenal bapak, ibu, kakak, bibi, paman, tetangga, teman sebayanya bahkan mengenal dirinya sendiri sehingga ia dapat membedakan dirinya dengan orang lain. Oleh karenanya, pemeran utama dalam proses sosialisasi dalam media ini adalah orang tua. Pada umumnya, orang tua akan mencurahkan perhatian mereka untuk mendidik anak agar memperoleh dasar-dasar pola pergaulan hidup yang benar dan baik, penanaman disiplin, kebebasan, serta keserasian terhadap semua pola tersebut.


b. Sekolah

Sebagai agen sosialisasi, sekolah membentuk pola pikir dan perilaku secara luas. Individu akan diberi kemampuan berpikir, bekal ilmu pengetahuan, dan kemampuan untuk hidup dalam suasana sosial yang lebih luas. Sekolah akan memberi pengetahuan kepada individu tentang kehidupan sosial budayanya serta peranannya dalam masyarakat. Selain itu, sekolah juga  memberikan  pandangan yang lebih konkret tentang nilai-nilai, norma-norma, aturan-aturan yang ada, berikut menjadi media penyaluran pewarisan nilai-nilai dan sikap masyarakat.


c. Kelompok Pergaulan

Kelompok pergaulan berupa kelompok bermain, kelompok persahabatan, dan kelompok kerja, di mana setiap anggota memiliki kedudukan dan peran yang relatif sama serta ikatan yang  erat.  Dalam interaksi biasanya setiap anggota mulai meniru pola-pola tingkah laku kelompok. Individu mulai mengubah pola-pola perilakunya disesuaikan dengan pola perilaku kelompok tersebut. Dengan maksud supaya ia tetap diterima oleh kelompoknya. Kelompok ini menjadi penting dalam sosialisasi karena dalam kelompok seperti ini anak atau remaja dapat mempelajari bagaimana berinteraksi dengan orang lain tanpa pengawasan langsung dari orang tua, guru, atau orang-orang terhormat lainnya.


d. Media Massa

Coba catat berapa banyak kamu menonton tayangan televisi dalam sehari. Lalu, identifikasi apa saja yang kamu tirukan dari tayangan tersebut. Mungkin model baju, cara bicara atau gaya-gaya hidup yang lain. Media massa merupakan alat sosialisasi yang penting karena dapat membantu memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang norma-norma dan nilainilai yang ada dalam masyarakat. Media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, tabloid, film, dan lain-lain dapat memberikan model peranan jati dirinya.


Macam-Macam Sosialisasi

a. Sosialisasi Primer

Sosialisasi primer terjadi pada anak berusia di bawah lima tahun. Pada saat sosialisasi primer, seseorang akan dapat mengenal lingkungan terdekatnya, misalnya ibu, bapak, kakak, adik, paman, bibi, nenek, kakek, teman sebaya, tetangganya, dan bahkan dirinya sendiri. Dengan demikian, proses sosialisasi primer adalah proses sosialisasi di lingkungan keluarga. Pada proses ini, seorang anak akan melakukan pengenalan akan dirinya sendiri, yang pada akhirnya si anak akan memiliki jati diri yang berbeda dengan orang lain.


b. Sosialisasi Sekunder

Sosialisasi sekunder terjadi setelah sosialisasi primer berlangsung, namun sosialisasi primer merupakan dasar dari sosialisasi sekunder. Sosialisasi ini berlangsung di luar keluarga. Dalam proses sosialisasi sekunder, anak akan mendapat berbagai pengalaman yang berbeda dengan keluarga. Jika dalam sosialisasi primer yang berperan adalah orang tua dan keluarga dekatnya, maka dalam sosialisasi sekunder yang berperan adalah orang lain seperti teman sepermainan, teman sekolah, dan teman sebaya. Hal ini terlihat setelah anak berumur lebih dari 5 tahun, anak akan memperluas pergaulan. Ia mulai mengenal guru di sekolahnya, teman bermain, tetangganya, dan lain-lain.


Faktor-Faktor Pembentuk Kepribadian

1. Imitation Stage (Tahap Peniruan)

Tahap ini merupakan tahap permulaan di mana seorang bayi menanggapi orang lain hanya sebagai bentuk imitasi atau peniruan. Mereka mengikuti perilakuperilaku tertentu tanpa mengetahui maksud perilaku tersebut. Mereka belum mampu menggunakan simbolsimbol sehingga Mead menyimpulkan bahwa pada tahap ini seorang bayi belum memiliki diri.

2. Play Stage (Tahap Bermain)

Pada tahap ini, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peran orang yang berada di sekitarnya. Misalnya, menirukan peranan yang dijalankan orang tuanya atau orang dewasa lain yang sering berinteraksi dengannya, seperti kakak, nenek, polisi, dokter, sopir, dan lain-lain.


3. Game Stage (Tahap Bermain Peran)

Pada tahap ini, seorang anak mengetahui peran yang harus dijalankan bahkan mengetahui peran yang harus dijalankan oleh orang lain. Hal ini terlihat pada seorang anak yang tengah bermain kasti. Anak tersebut tahu peranannya sendiri dalam permainan, misalnya sebagai pelempar bola. Ia mengetahui pula bagaimana peranan temannya yang menjadi pemukul bola, penangkap bola, pemain tengah atau pemain belakang.


4. Generalized Others (Tahap Umum Lainnya)

Pada tahap ketiga ini, seorang anak telah mampu mengambil peranan yang ada di dalam masyarakat. Ia mampu berinteraksi dengan orang lain karena telah memahami peranannya sendiri serta peran orang lain yang menjadi mitra interaksinya. Contoh: sebagai seorang siswa, ia mengetahui peranan gurunya atau sebagai seorang cucu, ia pun memahami peranan neneknya.

 

Pengaruh Sosialisasi Nilai (Budaya) terhadap Pembentukan Kepribadian

Kepribadian tidak akan tumbuh jika seorang individu tidak memiliki pengalaman-pengalaman sosial. Di dalam kelompok sosial seorang individu akan mempelajari berbagai nilai, norma, dan sikap. Dengan mengetahui dari mana lingkungan sosial seseorang berasal, dapat diketahui kepribadian seseorang tersebut. Dengan kata lain, sosialisasi berperan dalam membentuk kepribadian seseorang. Jika proses sosialisasi berlangsung dengan baik, maka akan baik pula kepribadian seseorang. Begitu sebaliknya, jika sosialisasi berlangsung kurang baik, maka kurang baik pula kepribadian seseorang