Trah R. Soetarto
9 min read
Disadur
dari Booklet
PERINGATAN
50 TAHUN PERKAWINAN
Bpk.
R. SOETARTO dan Ibu SOEMIRAH
Jombang,
26 Juni 1988
PERJALANAN HIDUP DARI BAPAK DAN IBU SUTARTO
Tarto
begitu saudara- saudara tuanya memanggil, dilahirkan di kampung Ledoksari
Jebres, Surakarta, pada tanggal 30 April 1909. Konon kelahirannya sudah
diramalkan oleh para “pinisepuh” dan nama Sutarto pun telah dipersiapkan jauh
hari sebelum jabang bayi lahir. Sutarto kecil yang menurut saudara-
saudara tidak “memper” sebagai orang
Solo ini merupakan anak ketiga dari tigabelas bersaudara, hasil perkawinan
Bapak Tirto Diwiryo - yang lebih dikenal dengan panggilan mbah Tir- dengan Rr
Sukiyah. Orang tua Sutarto kecil konon adalah trah langsung dari Eyang
Tumenggung Notosari yang dimakamkan di Caruban.
Sutarto yang terlahir pada
hari Sabtu Kliwon ini kelihatannya telah dipersiapkan oleh ayahnya -yang
masinis Kereta Api itu, menjadi sosok pribadi yang mandiri dan tegar dalam
menghadapi segala persoalan.
Sutarto yang dilahirkan dari
keluarga KB (Keluarga besar) – jumlah saudaranya 13 dan kelak anaknya pun
berjumlah 13- ini menyelesaikan pendidikan atasnya dengan menjadi “Mantri
Verpleger” pada usia 22 tahun, berfalsafah hidup : “Barang apa sing kena
ditandangi tumuli aja disemayani“ dan prinsip hidup yang menandaskan bahwa
: selama hayat masih dikandung badan tiada kata berhenti untuk belajar.
Ini konon adalah merupakan indoktrinasi dari Pakdhenya yang tinggal di Bangil
dan dulu pernah “nggulawentah” Sutarto kecil menjadi Sutarto muda yang mandiri.
Hal ini kelak banyak mewarnai perilaku, pola berfikir dan prinsip-prinsip pendidikan
yang diterapkan oleh putra- putranya.
Setelah lulus sebagai Mantri
Verpleger pada tahun 1933 dari CBZ Surabaya ini mulai meniti kariernya dari
kota dingin Malang Jawa Timur dengan tugas khusus, menjadi operator pemberantas
penyakit kusta di klinik- klinik setempat. Dan masih tetap pada tahun tersebut
Sutarto muda dipindahkan ke kota kecil, Gresik. Pada tahun 1934 dipindahkan
kepedalaman Kalimantan. Berbagai versi beredar mengenai kepindahan Sutarto ke
pulau yang masih rawan (pada tahun itu), diantaranya adalah pendapat yang
mengatakan bahwa Sutarto sengaja dibuang ke pulau Borneo oleh penguasa pada
waktu itu, dikarenakan keterlibatannya dengan organisasi politik pejuang
kemerdekaan, PNI. Belanda khawatir bahwa pemuda-pemuda yang pintar dan gigih
semacam Sutarto kelaklah yang bisa memusingkan Pemerintahan Hindia Belanda.
Memang Sutarto muda dikenal sebagai seorang yang idealis dan mencintai
kemerdekaan dan tidak menyetujui adanya penindasan, kesewenang- wenangan dan
sebagainya.
Sampai pada tahun 1937, baru bisa kembali ke tanah Jawa.
=========000=========
Soemirah
dilahirkan pada tanggal 11 April 1920 di desa Jati Rejoso, Nganjuk, Jawa Timur.
Putra bungsu dari 3 bersaudara, hasil perkawinan seorang Kepala Dukuh yang
bernama Setro Redjo dengan gadis Rasinah.
Menamatkan Pendidikan
pertamanya di Tweede Inlandeschool pada usia 11 tahun (1931) dan melanjutkan
Noormal School Blitar sampai dengan 1935. Gadis yang berlatar belakang semangat
heroisme RA Kartini ini langsung meminta untuk menjadi guru pada sekolah putri
(MVVS Magetan), dari tahun 1935 sampai dengan 1937. Pada tahun 1937 hingga
1938, menjadi guru di MVVS Nganjuk, kota kelahirannya dimana ia pernah menuntut
ilmu walaupun setiap harinya harus berjalan sejauh 12 kilo meter tanpa alas
kaki dan sendirian.
=========000=========
Kembali pada pemuda Sutarto.
Mulai 1937 ia dinas di CBZ Batavia (RSUD Dr Tjipto Mangunkusuma, sekarang).
Pada tahun- tahun sekitar inilah pemuda Sutarto merasa membutuhkan pendamping
hidupnya yang bisa dan mampu menjadi “sigaraning nyawa“, untuk itu dia minta
bantuan kakaknya yang juga seorang masinis Kereta Api, untuk mencarikannya. Dan
hanya berdasarkan foto, pemuda Sutarto langsung tertarik dan berkeinginan untuk
menyuntingnya, gadis itu tiada lain adalah Ibu Guru Soemirah yang saat itu
mengajar di Nganjuk. Memang cinta tidak mengenal dimensi umur, dimensi ruang /
batas / tempat. Bagaimana tidak, pemuda Sutarto berumur 28 tahun dan
berkedudukan di Jakarta, dan gadis Soemirah berumur 18 tahun dan berada di kota
yang terpisah sekitar 1000 kilo meter, Nganjuk, dengan kondisi transportasi dan
komunikasi yang sedemikiin primitifnya, belum pernah bertemu lagi.
Dengan berbekal sebuah foto
dengan tekad yang membaja, berangkatlah pemuda Sutarto ke desa yang tanahnya
kelihatan kering dan gersang. Dan pucuk dicinta ulam tiba, pemuda Soetarto
tidak bertepuk sebelah tangan, gadis Soemirah pun juga “falling in love at
the first sight”. Dan pada hari itu tanggal 18 Juni 1938 tercatat dalam
sejarah mereka berdua, tambahan satu hari penting (selain tanggal 17 Agustus
dan 21 April dan hari- hari diawal bulan)
yang selalu mereka kenang dan bayang selamanya. Hari itu juga Nyonya Sutarto
diboyong oleh suaminya ke Jakarta untuk melanjutkan tugas seperti biasa.
Dan sejak tahun 1938 hingga 1943 Bapak
Sutarto menjadi Kepala Ruang Cirrhuur (Bedah) merangkap sebagai Kepala
Laboratorium Kecil, di CBZ Jakarta. Pada tahun 1945 hingga 1951 menjadi Kepala
Ruang Cirrhuur dan Ruang Internist sekaligus menjabat sebagai Kepala
Laboratorium Besar di RSUD Dr Karyadi Semarang. Sejalan dengan perkembangan
jaman, Ibu Sutarto melepaskan kesibukannya sebagai guru selama 13 tahun, karena
menganggap bahwa pendidikan anak- anaknya diatas segala-galanya. Dan pada
sekitar tahun 1952 keluarga bahagia ini pindah ke Jombang, Bapak Sutarto
mengundurkan diri sebagai staf di RSUD Dr. Karyadi, untuk menjalani kehidupan
swasta, sedangkan Ibu Sutarto kembali mengabdi kepada bangsa dan negara,
kembali menjadi guru SD. Dan terakhir pensiun sebagai Kepala Sekolah SD pada
tahun 1974.
Keluarga ini pernah mengalami zaman
keemasan dan zaman kepahitan, seperti rutinnya perputaran roda pedati, suatu
saat diatas disaat lain berada dibawah. Begitu juga dengan keluarga ini, pernah
pada zaman-zaman sulit, terpaksa berjualan jajanan pasar dilorong- lorong Rumah
Sakit yang penjualannya dilakukan oleh putra sulungnya, Sumartono dengan
dibantu oleh neneknya Ibu Rasinah. Dikarenakan pada zaman yang demikian
sulitnya itu Ibu Sutarto tidak mau bekerja untuk Belanda walau berapapun besar
uang yang ditawarkan, dikarenakan keinginannya yang menggebu untuk bisa melihat
kemerdekaan. Sedang Bapak Sutarto sehari- harinya hanya mengabdikan ilmunya
dalam mencegah kematian dan memperpanjang usia umat manusia tanpa menghiraukan honor.
Tidak sedikit halang rintang yang
menghadang lajunya bahtera kehidupan keluarga ini, akan tetapi berdasarkan
prinsip asih, asah, asuh, semua itu di dapat diatasi hingga peringatan
perkawinan emasnya.
Bapak Sutarto yang semasa mudanya
menyukai olahraga sepakbola, sebagai kiper pada PS CBZ Simpang, dan berburu
(semasa di Kalimantan) ini ternyata juga menyukai seni pewayangan, khusunya
wayang orang, semasa mudanya sering “didhapuk” menjadi tokoh Palguna, dalam
serial pewayangan.
Sedangkan Ibu Sutarto semasa mudanya
menyukai olahraga kasti dan badminton, Di masa pernikahan emasnya diwaktu-
waktu sekarang tinggal hobi jahit-menjahit dan ”momong putu” saja yang masih
ditekuni, sedangkan “Pak Mantri“
(demikian para tetangga memanggilnya) tinggal menekuni hobinya : Joging dan
kadang- kadang berkebun.
Dengan berat badan sekitar 54 Kg dan
tinggi badan 161 cm masih membuat Ibu dari 13 anak dan 17 cucu selalu tampak
fresh walaupun hari-harinya disibukkan dengan berbagai kegiatan sosial
dilingkungan PWRI Jombang.
Demikianlah riwayat singkat
perjalanan hidup pasangan pengagum Soekarno dan RA Kartini ini. Semoga dengan
“posisinya” yang telah langgeng sampai menjadi kaken- kaken dan ninen- ninen
menjadikan kehidupannya semakin harmonis dalam membimbing anak cucu dan semoga
Allah yang maha kuasa selalu melimpahkan rahmat dan barokahNya kepada pasangan
dan semua ahli warisnya. Aamiin
PUTRA
DAN CUCU
1.
R.
Soemartono, BA (Alm)
Lahir
pada tanggal 9 Mei 1939 di CBZ Batavia (RSUD Dr Tjipto Mangunkusumo) pada jam
21.00, hari Selasa Wage, meninggal pada usia 45 tahun, 14 Juli 1986 dengan
meninggalkan dua putra dan dua putri hasil pernikahan dengan Retno Asih putri
Bpk. Moe’min :
a, Rr.
Witaningsih (Ita), lahir 17 Oktober 1970. Menikah dengan Hitaputra Agung
Wardhana putra kelima dari Bpk. R. Soerjatmoko dan Ibu RA. Soewarni, dan
memberikan empat buyut yaitu :
1) Afifah
Ihsani Wardhani, sudah menikah dengan Imandaru Priambudi putra dari Bpk. Sujito
Sumarwan dan Ibu Hartati.
2) Irfan
Hanifah Wardhana
3) Amany
Taqiyyah Wardhani
4) Fajar
Aushafa Wardhana
5) Ammar
Makarim Wardhana
b.
Rr.
Martiningsih (Tining), lahir 8 maret 1972, menikah dan memberikan dua orang
putri sebagai buyut yaitu :
1)
Salma
Nabila
2) Fiona
Desy Susanti
c.
R.
Sartono (Tono), lahir 3 Juni 1974 menikah dengan Nurul Cahyaningtiyas dan
dikaruniai dua orang putra :
1) Muhammad
Adam Yusuf
2) Muhammad
Hanif Mirza (Alm)
d.
R.
Kartono (Anton ), lahir 23 April 1976 menikah dengan Atik Nurhayati dan
dikaruniai empat orang putra putri yaitu :
1)
Nadira
Rahmaniar
2)
Muhammad
Dani Riano
3)
Muhammad
Rifqy Kitaro
4).
Rafina
Agustina Wijayanti
2.
Rr.
Sumartinah (Alm)
Lahir
di Semarang pada jam 20.35 tanggal 15 April 1941, hari Sabtu Kliwon. Meninggal
usia 6 tahun, hari Sabtu Pon 11 Januari 1947 jam 21.45 dimakamkan di TPU
Bergota Semarang.
3.
R.
Santoso, Lettu TNI AL (Alm)
Alumni
dari Akademi Angkatan Laut Surabaya. Dilahirkan pada tanggal 4 September 1943
jam 12. 45 hari Sabtu Pon. Meninggal pada
usia yang masih muda, 25 tahun dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan
Jombang.
4.
Rr.
Sri Suprapti BA (Alm)
Putra
keempat, dilahirkan pada tanggal 23 Nopember 1945 hari jumat wage selepas subuh, jam 05. 45 di
CBZ Semarang (RSUP Dr Karyadi). Menikah dengan Indanu putra dari Bpk. Soeparto.
Beliau alumni P3B Semarang yang menjadi staf PELNI, pada tanggal 8 April 1973. Sri
Suprapti yang menjadi guru di SMA Negeri 1 Palu ini dikaruniai 4 orang anak:
a.
Sri
Indrastuti (Iin) lahir pada tanggal 25 September 1975, menikah dengan Agus
In’amullah dan dikaruniai seorang putri bernama Afrina Nabila Alya Az-Zahra.
b.
Teguh
Indarto (Indar), lahir pada tanggal 7 September 1977.
c.
Parwati
Indriani (Indri) lahir 11 Nopember 1978.
d.
Sasanthy
Prasetyorini (Rini) lahir pada 5 September 1982.
5.
R
Soeprapto (Alm)
Putra
kelima ini dilahirkan pagi hari (sekitar jam 05.28) pada hari Rabu Pahing
tanggal 1 September 1948 di PURASARA (Pusat Rumah Sakit Rakyat) Semarang
sekarang RSUP Dr Karyadi. Karyawan Sipil pada POLRES Jombang ini menikah dengan
Kiswahyuni Siti Chodijah dan pada tanggal 2 Desember 1983 dikaruniai seorang
putra dan dinamakan Danang Krestanto. Keluarga Suprapto pada masa itu tinggal
di Candi Jombang.
6.
Rr.
Sri Pudyastuti
Ibu
dari 3 orang anak ini dilahirkan pada hari Minggu tanggal 30 Juli selepas
Magrib (sekitar jam 18.50) di RSUP Dr.
Karyadi Semarang. Pensiunan guru pada SD Negeri ini menikah dengan Mujiono
putra Bpk. Dullah Janji (Alm) pada tanggal 8 Agustus 1974. Dikaruniai putra:
a.
Argo
Pamudyastono (Argo). Lahir pada tanggal 22 Juli 1975 menikah dengan Dyah
Minarni dan dikaruniai momongan yang diberi nama Argya Rafani Widyadhana.
b.
Bekti
Pamudyasrini (Ririn). Lahir pada tanggal 3 November 1978 menikah dengan Antoine
Jean Christophe dan memiliki seorang putri bernama Kim Kallila Andrean Pellan.
c.
Cahyanto
Pamudyastomo (Tomi). Lahir pada tanggal 20 November 1978. Menikah dengan Fadiah
Masita dan memiliki tiga orang anak yaitu :
1)
Devina
Dyasta Dewi
2)
Daffa
Rayhansyah Putra
3) Devandra
Rizky Syahputra
7.
Rr.
Sri Mulyani, BA
Istri dari Drs Suparno Ms, putra Bpk.
Mangun Sarkoro, terlahir pada tanggal 15 Oktober 1952 jam 17.40 di rumah Geneng
II/60 Jombang ini merupakan putra pertama yang lahir di Jombang. Alumni IKIP
Negeri Surabaya yang kemudian bertugas di SMA Negeri V Surabaya. Dikaruniai 2
Orang Putra:
a.
Agung
Nugroho (Agung) dilahirkan pada tanggal 3 Mei 1979, menikah dengan Ria
Hermayanti dan dikaruniai putri yang bernama Diandra Fitria Nugroho.
b.
Dina
Ariyani Nugrayanti di lahirkan pada tanggal 26 Juni 1983 menikah dengan Bekti
Wahyudi dan dikaruniai tiga orang putra yaitu :
1)
Muhammad
Ihsan Wahyudi
2)
Al
Fatih Malik Wahyudi
3)
Hafizh
Fahriza Wahyudi
Keluarga
Sri Mulyani ini sekarang tinggal di Rungkut Barata VII no 21 Surabaya.
8.
R.
Sutarso, SMPh
Penganut
program Catur Warga ini dilahirkan pada tanggal 2 Oktober 1954 hari Sabtu. Menikah
dengan Yan Martiwi putri dari Bpk. Drs. Ibnu Masdarsyah, memiliki dua orang putra
putri :
a.
Aryanti
Mukti Utami (Yanti) di lahirkan pada tanggal 8 Januari 1985 menikah dengan Imam
Luthfi Syamwidya Fitriono dan dikaruniai dua orang putra yang bernama :
1)
Robin
Danisywara Arfi
2) Praditya
Azkaya Arfi
b.
Bekti
Adi Nugroho (Adi) dilahirkan pada tanggal 12 Desember 1986 menikah dengan
Septhia Aristi Mutiara.
Keluarga dari R Sutarso dan Yan Martiwi
ini sekarang bertempat tinggal di Rungkut Barata XIV No 3 Surabaya.
9.
Rr.
Sri Sutarmi (Alm)
Beliau
menikah dengan Bpk. Anton Budiono dan memiliki tiga orang anak :
1.
Dianita
Evo Nilasari yang menikah dengan Teddy Cahyono dan dikaruniai dua orang putri
yaitu :
1.
Nashita
Althafunnisa
2.
Dinda
Afida Zahra
2.
Alzar
Valentino Erdiansyah menikah dengan Wahyu Fika Wahanani, dan dikaruniai dua
orang putra yang bernama :
1.
Rafif
Zaidan Tsaqif
2.
Rendra
3.
Happy
Fitriansyah
10.
Rr
Sri Mulyati
Putra nomer sepuluh ini lahir pada hari
Selasa Wage jam 07.00 tanggal 1 Oktober 1957. Membentuk mahligai rumah tangga
dengan R. Bambang Prasetya putra dari Bpk, R. Martedjo, staf pada Perhutani
Surabaya. Sri Mulyati yang pada saat itu menjadi guru di SDN Jabon Jombang
berputra:
1. Eko Prasmono ( alm ).
2. R. Bambang Widya Permadi menikah dengan
Suci Sulistyarini dan dikaruniai seorang putri yang bernama Syarifah Gauri
Azkadina
3. Rr. Mira Rahayu Romadhony
11.
R.
Suharso (Alm)
Lahir
pada hari Senin tanggal 3 Nopember 1959 jam 14.10 di rumah. Pada umur 9 hari
meninggalkan keluarga yang dicintainya untuk selamalamanya pada tanggal 12
Nopember 1959 dan di makamkan di TPU Pulo Sampurna.
12.
Drg.
R. Sutarno
Putra keduabelas dari ke 13 Putra
Soetarto ini lahir pada hari Kamis Legi tanggal 30 April 1961 jam 08.45. Alumni
dari FKG Unair ini pada saat itu membaktikan ilmunya pada masyarakat
terpencildi Puskesmas Pulau Wangi Wangi Buton Suwalesi Tenggara, dan kemudian
mengabdikan dirinya di PT. Pertamina. Menikah dengan Ninik Nurmala putri dari
Bpk Mustamat dan dikaruniai dua orang momongan yang bernama :
1.
Dimas
Aulia Ramadi
2.
Asyifa
Aulia Putri
13.
Drg.
R Sunyoto
Putra bungsu ( ke 13 ) dari keluarga
besar yang berdomisili di Geneng II No 60 Jombang ini dilahirkan pada tanggal 9
Nopember 1965 jam 06.00. Nama Sunyoto ini diharapkan dapat membawa kebaikan
yang realistis bagi bangsa dan negara serta agama. Menikah dengan Elizabeth
Maya Kusumawardhani. Memiliki momongan :
1.
Risky
Dzikrina Rahmawati (dengan istri sebelumnya Retno Wulan)
2.
Ahmad
Arkana Zuya
Post a Comment