Pembelajaran Tatap Maya Hari Pertama Kelas 8 SILN Den Haag Semester Genap 2021
Suatu
bangsa tidak akan berubah manakala bangsa tersebut tidak mau mengubah dirinya
sendiri. Bangsa Indonesia tidak mungkin menjadi bangsa yang bebas merdeka
seperti yang kalian rasakan saat ini apabila tidak ada usaha untuk bangkit dan
melepaskan diri dari penjajahan. Kesadaran bangsa Indonesia untuk bangkit
tumbuh seiring lahirnya generasi muda terdidik dan peduli terhadap kemerdekaan
Indonesia.
Penjajah
Belanda dapat menguasai bangsa Indonesia dalam waktu yang lama karena bangsa
Indonesia mudah dipecah belah dan perjuangan yang dilakukan bangsa Indonesia
masih bersifat kedaerahan. Boedi Oetomo sebagai organisasi nasional pertama
meletakkan semangat kebangkitan nasional bagi perjuangan bangsa Indonesia dalam
meraih kemerdekaan. Begitu pentingnya kita memahami dan meneruskan nilai
kebangkitan nasional tahun 1908, dalam bab ini kalian akan mempelajari dan
membangun semangat kebangkitan nasional tahun 1908. Pada gilirannya, kalian
dapat menjadi generasi penerus yang dapat menunjukkan semangat kebangkitan
nasional.
Rusaknya
ekonomi Eropa akibat peperangan dan berkembangnya teknologi pelayaran pada abad
ke-15 menyebabkan negara-negara di Eropa melakukan ekspedisi untuk mencari
sumber-sumber ekonomi baru ke seluruh dunia. Ekspedisi ini banyak menemukan
sumber ekonomi dan lahan baru untuk dilakukannya perdagangan. Ternyata
kemudian, bangsa Eropa tidak hanya melakukan perdagangan melainkan langsung
menguasai dan menjajah negara-negara yang mereka anggap baru diketemukan. Awal
dimulainya penjajahan Belanda di Indonesia dimulai sejak didirikannya
Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) pada tanggal 20 Maret 1602. Sejak VOC
berdiri, dimulailah berbagai bentuk kekerasan yang menimpa rakyat Indonesia.
Penderitaan rakyat Indonesia terjadi dalam berbagai segi kehidupan. Di berbagai
daerah, VOC melakukan tindakan dengan melaksanakan politik devide et impera (adu
domba), yaitu saling mengadu domba antara kerajan yang satu dan kerajaan yang
lain atau mengadu domba di dalam kerajaan itu sendiri. Politik adu domba makin
melemahkan kerajaan-kerajaan di Indonesia dan merusak seluruh sendi kehidupan
masyarakat.
Bangsa
Indonesia makin menderita ketika Daendels (1808–1811) berkuasa. Upaya kerja
paksa (rodi) guna membangun jalan sepanjang pulau Jawa (Anyer-Panarukan) untuk
kepentingan militer, membuat rakyat makin menderita. Penderitaan berlanjut
karena Belanda kemudian menerapkan Cultuurstelsel (tanam paksa). Peraturan
Tanam Paksa diterapkan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Van Den Bosch
tahun 1828. Sistem Tanam Paksa mewajibkan rakyat menanami sebagian dari sawah
dan atau ladangnya dengan tanaman yang ditentukan oleh pemerintah dan hasilnya
diserahkan kepada pemerintah. Tanam Paksa menyebabkan rakyat diperas bukan
hanya tenaga melainkan juga kekayaannya sehingga mengakibatkan banyak sekali
rakyat yang jatuh miskin. Di pihak lain, penjajah mendapatkan kekayaan bangsa Indonesia
yang berlimpah untuk membangun negara Belanda dan menjadi negara kaya di Eropa.
Penderitaan bangsa Indonesia menumbuhkan benih perlawanan di berbagai daerah.
Perjuangan melawan penjajah dipimpin ulama atau kaum bangsawan. Sultan
Hasanuddin di Sulawesi Selatan, Sultan Ageng Tirtayasa di Banten, Tuanku Imam
Bonjol di Sumatera Barat, Pangeran Diponegoro di Jawa Tengah, memimpin
perjuangan rakyat melawan penjajah. Perjuangan rakyat untuk mengusir penjajah
belum berhasil. Hal ini disebabkan perjuangan masih bersifat kedaerahan dan
belum terorganisasi secara modern. Penderitaan yang dialami bangsa Indonesia
menyadarkan beberapa orang Belanda yang tinggal atau pernah tinggal di
Indonesia. Di antaranya Baron Van Houvell, Edward Douwes Dekker, dan Mr. Van Deventer.
Edward Douwes Dekker, terkenal dengan nama samaran Multatuli, menulis buku ”Max
Havelaar” pada tahun1860. Buku ini menggambarkan bagaimana penderitaan rakyat
Lebak, Banten akibat penjajahan Belanda. Mr. Van Deventer mengusulkan agar
pemerintah Belanda menerapkan politik Balas Budi ”Etische Politic”. Politik
Balas Budi terdiri dari tiga program, yaitu ”edukasi, transmigrasi, dan
irigasi”. Atas desakan berbagai pihak, akhirnya pemerintah Belanda menerapkan
Politik Balas Budi. Politik Balas Budi bukan untuk kepentingan rakyat Indonesia
melainkan untuk kepentingan pemerintah Belanda. Contoh: irigasi dibangun untuk
kepentingan pengairan perkebunan milik Belanda; pembangunan sekolah (edukasi)
bertujuan untuk menyediakan tenaga terampil dan murah. Di sisi lain,
pembangunan sekolah melahirkan dampak positif bagi bangsa Indonesia, yaitu
munculnya masyarakat terdidik atau mulai memiliki pemahaman dan kesadaran akan
kondisi bangsa Indonesia yang sebenarnya. Bangsa Indonesia saat itu kondisinya
bodoh, terbelakang, dan kemisikinan merajalela. Mereka yang mengenyam
pendidikan dan sadar akan nasib bangsanya selanjutnya menjadi tokohtokoh
Kebangkitan Nasional.
Boedi
Oetomo (Budi Utomo) merupakan organisasi pertama di Indonesia yang bersifat
nasional berbentuk modern, yaitu organisasi dengan pengurus yang tetap, ada
anggota, tujuan, dan program kerja. Boedi Oetomo didirikan oleh dr. Soetomo
pada tanggal 20 Mei 1908. Pendirian Boedi Oetomo, tidak terlepas dari penggagas
atau pendorong lahirnya Boedi Oetomo yaitu dr. Wahidin Soedirohusodo. Dokter
Wahidin Soedirohusodo merupakan dokter lulusan STOVIA (Sekolah Kedokteran Jawa)
yang menyadari bagaimana terbelakang dan tertindasnya rakyat akibat penjajahan
Belanda. Menurutnya, salah satu cara untuk membebaskan diri dari penjajahan,
rakyat harus cerdas. Untuk itu, rakyat harus diberi kesempatan mengikuti
pendidikan dan pengajaran serta memupuk kesadaran kebangsaan. Dokter Wahidin
Soedirohusodo menggagas tentang perlunya mendirikan organisasi yang bertujuan
memajukan pendidikan dan meninggikan martabat bangsa. Gagasan ini ternyata
disambut baik oleh para pelajar STOVIA.
Pada
tanggal 20 Mei 1908, lahirlah Budi Utomo. Budi Utomo berasal dari kata
Sansekerta, yaitu bodhi atau budhi berarti ”keterbukaan jiwa”, ”pikiran”,
”kesadaran”, ”akal”, atau ”pengadilan”, yang juga bisa berarti ”daya untuk
membentuk dan menjunjung konsepsi dan ide-ide umum”. Adapun perkataan utomo
berasal dari utama, yang dalam bahasa Sanskerta berarti ”tingkat pertama” atau
”sangat baik”. Program Budi Utomo adalah mengusahakan perbaikan pendidikan dan
pengajaran. Akan tetapi, programnya lebih bersifat sosial karena saat itu belum
dimungkinkan melaksanakan gerakan yang bersifat politik. Sebagai organisasi
pelajar yang berintikan pelajar STOVIA, gerakan Budi Utomo pada awalnya
terbatas pada Jawa dan Madura. Pada tanggal 5 Oktober 1908, Budi Utomo
mengadakan Kongres Pertama di Yogyakarta.
Kongres
tersebut berhasil menetapkan tujuan organisasi, yaitu: kemajuan yang harmonis
antara bangsa dan negara, terutama dalam memajukan pengajaran, pertanian,
peternakan, dagang, teknik, industri, dan kebudayaan. Budi Utomo kemudian
menetapkan tujuannya, yaitu menyadarkan kedudukan masyarakat Jawa, Sunda,
Madura, dan penduduk Hindia seluruhnya tanpa melihat keturunan, kelamin dan agama
(Poespo Negoro dan Notosusanto, 1992:178). Dari tujuan tersebut, secara
tersirat, Budi Utomo memiliki program mengembangkan kehormatan bangsa. Bangsa
yang terhormat adalah bangsa yang memiliki derajat yang sama dengan bangsa
lain. Penjajahan membuat bangsa Indonesia tertindas.
Pergerakan Budi Utomo memperlihatkan keinginan bangsa Indonesia untuk bangkit menjadi bangsa terhormat dan dapat berdiri sejajar dengan bangsa lain. Budi Utomo merupakan organisasi pertama yang memperjuangkan cita cita nasional. Dalam perjalanannya, Budi Utomo diwarnai berbagai kepentingan baik dari birokrat priyayi (bangsawan) maupun pemerintah Belanda. Namun, pidato dr. Sutomo yang dalam di awal pendirian Budi Utomo, yaitu ”saya yakin nasib tanah air di kemudian hari akan ada di tangan kita” (Fajriudin M, 2015: 28). Pidato ini berbekas kepada seluruh anggota Budi Utomo untuk memperjuangkan kehormatan bangsa Indonesia. Besarnya pengaruh pergerakan Budi Utomo dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, Presiden Soekarno pada tanggal 20 Mei 1948, menetapkan hari kelahiran Budi Utomo sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Kebangkitan nasional pada awalnya dilakukan oleh para pelajar. Oleh karenanya, kalian harus meneruskan nilai-nilai kebangkitan nasional tersebut, di antaranya kita dapat bangkit dan mengubah diri menjadi lebih baik. Dengan demikian, kalian dapat memberikan rasa bangga bagi keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara.
6 Januari
2021 (01.00 WIB) setara dengan 5 Januari 2021 (07.00 pm CET) . Pembelajaran
Tatap Maya Hari Pertama Bagi Sekolah Indonesia Luar Negeri Den Haag. Tetap
semangat belajar dengan Kelas Maya Jejak Dunia.
https://kelasmaya.belajar.kemdikbud.go.id/JejakDunia/Diklat/Details?id=D202101000001
Post a Comment